jokowi_ketemu_sbyJAKARTSATU.COM — Meskipun ada pihak tertentu yang mendesak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan tidak akan menaikkan menaikkan harga BBM. Khususnya harga BBM bersubsidi.

Mengapa SBY tidak mau menaikkan harga BBM? Berikut alasannya:

1. Menaikkan harga BBM = menambah beban masyarakat

Diakui atau tidak, naiknya harga BBM akan membuat masyarakat lebih terbebani. Dampak langsungnya adalah biaya transportasi naik. Hal itu akan dirasakan langsung oleh masyarakat baik yang menggunakan sepeda motor maupun yang sehari-harinya naik angkutan umum.

Dampak berikutnya, kenaikan harga BBM pasti akan diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok dan harga barang-barang lain. Sebab seluruh produk yang dibutuhkan masyarakat memerlukan BBM dalam pembuatan atau pengangkutannya.

“Pemerintahan SBY menilai sudah cukup beban tesebut ditanggung masyarakat. Sehingga tidak selayaknya diberikan beban lagi,” kata Menko Perekonomian Chairul Tanjung seperti dikutip dari laman Presiden SBY, presidenri.go.id, Selasa (27/8/2014) malam.

2. Pemerintah SBY telah berulang kali menaikkan BBM

Seperti diketahui, pemerintah SBY telah menaikkan harga BBM berulang kali. Pada tahun 2005, BBM sempat naik sampai 140 persen. Pada tahun 2013 pemerintah SBY juga sudah menaikan kembali harga BBM sekitar 33 persen. Maka di akhir masa jabatan ini, pemerintah SBY memandang tidak perlu menaikkan kembali harga BBM.

3. Dalam waktu dekat ada kenaikan harga gas elpiji

Pemerintah SBY tidak mau menaikkan harga BBM karena dalam waktu dekat, atas desakan Pertamina harga gas elpiji 12 Kg akan dinaikkan. Jika harga BBM juga dinaikkan, maka ini akan semakin menambah beban masyarakat.

Selain itu, pada awal 2014, pemerintah SBY juga telah menaikkan tarif dasar listrik (TDL).

4. Kenaikan BBM memacu inflasi

Salah satu pertimbangan mendasar pemerintah SBY tidak mau menaikkan harga BBM, karena kenaikan harga BBM akan memacu terjadinya inflasi. Inflasi akan membuat jumlah orang miskin semakin banyak, bahkan membuat orang yang tadinya tidak miskin bisa menjadi miskin. (Siyasi/beritapopuler.com)