Abu Muas Tardjono/ist

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Pada masa pandemi Covid-19 yang telah memasuki bulan ke-6 ini, tawuran antarpelajar atau antarormas berebut lahan parkir praktis agak terhenti.

Tiba-tiba dalam masa pandemi yang belum juga bisa diprediksi kapan akan berakhirnya, terjadi tawuran antaraparat yang melibatkan oknum prajurit TNI AD versus oknum Polisi hingga terjadi pembakaran Mapolsek.

Sungguh sangat disesalkan insiden ini bisa terjadi, karena oknum-oknum yang terlibat di dalamnya bukanlah sosok-sosok yang tergabung ke dalam sebuah ormas yang abal-abal, tapi merupakan anggota sebuah kesatuan yang tentunya telah mendapatkan didikan, bimbingan, arahan dan latihan kedisiplinan tingkat tinggi dalam jalur komando.

Sangat disesalkan karena peristiwa perseteruan oknum TNI AD versus oknum Polisi ini bukanlah model tawuran yang pertama terjadi, tapi seolah berulang hanya berbeda waktu, tempat dan pemicunya.

Apresiasi atas tindakan cepat dan tegas petinggi TNI AD dan Polri yang telah mengambil langkah-langkah hukum hingga pemecatan dari kesatuan. Pertanyaannya, adakah yang dapat menjamin tak terulang kembali insiden serupa pada masa yang akan datang?

Menjadi sebuah keniscayaan pascainsiden pembakaran Mapolsek Ciracas, layak diadakan kajian yang mendalam khususnya bagi para petinggi TNI dan Polri agar insiden serupa tak terjadi lagi. Tak cukup hanya memasang lebar-lebar baligho atau spanduk di sudut-sudut kota di jalan-jalan protokol dengan gambar sosok petinggi TNI dan Polri berjabat tangan erat yang seolah-olah menggambarkan sangat kuat kesatuan dan persatuan TNI dan Polri. Sayang sekali, gambaran ini hanya sekadar ilustrasi tanpa makna karena keeratan hubungan ini hanya terlihat pada tingkat petingginya saja, tidak sampai pada tingkat bawah hingga pada suasana kebathinan prajuritnya.

Kini tiba saatnya para petinggi TNI dan Polri evaluasi menyeluruh pascainsiden pembakaran Mopolsek Ciracas agar masyarakat tidak disuguhi lagi tontonan yang tak pantas ditonton atas terjadinya tawuran antaraparat. Jangan sampai timbul pertanyaan kembali dari masyarakat, “antaraparat kok tawuran” seperti anak-anak yang tak pernah duduk di bangku sekolahan? ***