M Rizal Fadillah/FOTO OLAHAN JAKSAT

by M Rizal Fadillah

Sungguh tak pantas Panglima Kodam Jaya mengumbar emosi dengan menyampaikan kata pembubaran FPI. Apa salah FPI pada negara sehingga harus dibubarkan atas koar-koar seorang Pangdam ? Ternyata hanya persoalan baliho. Cemen sekali.

Merendahkan diri sendiri namanya itu. TNI yang bertugas untuk menjaga kedaulatan negara, memiliki pasukan bersenjata, serta memiliki disiplin tempur yang istimewa, harus berhadapan dengan kekuatan nir-militer yang bernama baliho.

Diakui bahwa Pangdam Jaya yang telah memerintahkan untuk mengobrak abrik baliho HRS. Lalu mengancam membubarkan FPI “kalau perlu FPI bubarkan saja itu, bubarkan saja. Kalau coba-coba dengan TNI, mari” kata Dudung Abdurahman di Monas 20 November 2020.

Tidak jelas asal muasal dendam dan berangnya Panglima ini kepada baliho. Hanya ia menyebut karena selalu muncul lagi baliho HRS. Satpol PP tak mampu menertibkan. Perlu pak Panglima ketahui baliho HRS muncul bersamaan dengan kepulangan dan acara-acara perdananya di tanah air. Bukan muncul lagi muncul lagi sebagaimana dituduhkan.

Patut diduga sikap “over” Pangdam ini berhubungan dengan ketidakberdayaan dirinya sendiri.

Pertama, tak berdaya menghadapi pengadu domba. Betapa mudah TNI diprovokasi untuk memusuhi HRS dan FPI yang tentu semua tahu hal itu bukan lawan seimbang.

Kedua, Pangdam terjebak dan tak berdaya menghadapi deklarasi perang melawan bayangan. Panglima TNI bersama Pang Kostrad, Danjen Kopassus, Dankomar, Dankoopsus, dan Dan Paskhas menyatakan tantangan TNI.

Ketiga, tak berdaya melawan dan menumpas OPM di Papua dan Tentara Cina di Natuna yang merongrong kedaulatan negara. TNI seolah menjadi kerdil. TNI pun menjadi bahan olok-olok.

Keempat, diduga Pangdam tak berdaya menghadapi persaingan karier dengan perwira tinggi lain. Janganlah untuk meningkatkan rating harus pasang aksi galak melawan baliho.

Perbuatan tak termaafkan Pangdam Jaya adalah memalukan negara. Karenanya bukan saja Kapolda Jabar dan Metro Jaya tetapi juga Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurahman yang angkuh dan “perusuh” ini juga harus segera dicopot.

Pencopotan ini penting demi kebaikan negeri, demi pemulihan nama baik dan kehormatan TNI, serta demi kebanggaan ibu Pertiwi.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 21 Nopember 2020