M. Rizal Fadillah

by M Rizal Fadillah

Gus Mus membuat puisi tentang negeri yang dipimpin pak Jokowi dengan judul “Negeri Ha Ha Hi Hi”. Memang tidak disebut nama pak Jokowi tetapi semua tahu sindirannya ini untuk negeri yang dipimpinnya.

Penggalannya antara lain :

Banyak yang terus pamer kebodohan
dengan keangkuhan yang menggelikan
Banyak yang terus pamer keberanian
dengan kebodohan yang mengharukan
Banyak yang terus pamer kekerdilan
dengan teriakan yang memilukan
Banyak yang terus pamer kepengecutan
dengan lagak yang memuakkan
Ha Ha

Penegak keadilan jalannya miring
Penuntut keadilan kepalanya pusing
Hakim main mata dengan maling
Wakil rakyat baunya Pesing
Hi Hi

Dalam kasus baru-baru ini kita dihadapkan pada empat lucu-lucu :

Pertama, razia atau sweeping yang berkaos “Habib Rizieq Shihab” padahal HRS seorang tokoh dan ulama, bukan penjahat apalagi teroris. Dengan nada sinis Rocky Gerung menyatakan “Negara jangan kalah oleh kaos”. Ha Ha

Kedua, bahwa setelah tewas anggota laskar FPI lalu keenamnya diberi status terlapor dan akan menjadi tersangka. Dalam hukum pidana, orang meninggal tak bisa dipidana, karenanya tak mungkin jadi terlapor atau tersangka. Wartawan Eddy Mulyadi menyatakan “Saya menjadi Saksi untuk tersangka siapa ?”. Jenazah ! Hi Hi

Ketiga, dugaan pembantaian terjadi di rest area Km 50. Pedagang memberi kesaksian. Km 50 harus dijaga untuk olah bukti. Tetapi lucunya tempat ini ditutup. Mungkin akan dibuat monumen preman penembak hebat disini. Ha Ha

Keempat, Babe Haikal dilaporkan melakukan penistaan agama karena mengaku mimpi bertemu dengan Rosulullah SAW lalu diproses Kepolisian. Dalam kitab hukum pidana manapun mimpi itu bukan delik. Untuk mendakwa mimpi bagaimana proses pembuktiannya ? Saksi harus masuk ke alam mimpi. Hi Hi

Ya, menjadi benar puisi Gus Mus tentang negeri Ha Ha Hi Hi, negeri lucu-lucuan, negeri lebay, negeri rekayasa, negeri mengada-ada.

Penegak keadilan jalannya miring
Penuntut keadilan kepalanya pusing

Menjadi bau pesing karena dikencingi pemimpin yang tukang maling dan sinting.

Negeri kini sedang sakit dan semakin genting.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 22 Desember 2020