OLEH M Arief Pranoto
Dalam dunia politik praktis, kerap langkah para elit selain susah diikuti dan sulit diterka oleh pengikutnya apalagi sekedar followers, bahkan mereka —para follower— justru kehilangan jejaknya.
Duduknya Prabowo (PS) dalam lingkar pemerintahan Jokowi, contohnya, atau masuknya Sandiaga Uno (SU) dalam kabinet dst merupakan bukti faktual atas tesis Pepe Escobar: “Bahwa politik praktis bukanlah yang tersurat melainkan apa yang tersirat.”
Jika merujuk tesis Escobar, partisipasi PS dan SU –rival Jokowi pada pilpres 2019– di kabinet ialah hal tersurat, apa yang terlihat di atas permukaan. Lantas, apa yang tersirat di bawah permukaan? Mungkin tak ada yang mengetahui secara pasti kecuali mereka sendiri dan sang “mentor” masing-masing. Yang jelas, peyoratif atas fenomena tersebut hampir membajiri dunia medsos melalui tagar, status dan narasi bully terhadap mantan kandidat presiden dan wapres 2019, terutama kekecewaan para follower PS – SU dalam pilpres 2019.
Ada sastra di dunia tasawuf berbunyi: ‘golek ono tapak e kuntul miber’ (carilah jejak kaki kuntul terbang). Sastra ini memberi isyarat bahwa selalu ada yang tersirat di balik hal tersurat. Terselip hidden agenda atas open agenda. Ada sesuatu di dalam sesuatu.
Nah, tapak jejak kuntul terbang tak dapat dilihat secara kasat mata oleh ilpengtek modern termasuk teknologi secanggih nano, misalnya, tetapi ia hanya bisa dirasakan oleh hati dan daya spiritual (politik). Cluenya yaitu: “Kepentingan Nasional RI (KENARI)”.
Dengan kata lain, apakah kelak kebijakan yang ditelorkan kementerian selalu berorientasi pada KENARI?
Kenapa begitu, KENARI terkait-erat dengan cita-cita dan tujuan nasional. Hakikat KENARI adalah kepentingan keamanan dan kesejahteraan rakyat. Dan menjamin KENARI baik keamanan maupun kesejahteraan, maknanya berupaya sepenuh hati dan tenaga mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan NKRI.
Retorika filosofinya begini:
Pertama, apakah kebijakan itu telah selaras dengan cita-cita dan tujuan nasional;
Kedua, apakah kebijakan tersebut terkait dengan keamanan dan kesejahteraan rakyat;
Ketiga, adakah kebijakan dimaksud dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan serta keutuhan NKRI?
Tak hanya PS dan SU, kiranya membaca langkah siapapun elit politik melalui clue di atas jauh lebih baik ketimbang melempar narasi negatif (bully dan ejekan) berbasis persepsi yang membuat atmosfer politik kian gaduh lagi keruh.
Demikian, terima kasih. ***