Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial
Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)

Alkisah pada suatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan para muridnya menyampaikan enam pertanyaan kepada murid-muridnya. Salah satu dari enam pertanyaan tersebut, Sang Imam bertanya: “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?” Jawab murid-muridnya ada yang menyebut orang tua, guru, teman, adik, kakak dan kerabatnya.

Dihadapan para muridnya, jawaban Sang Imam cukup mengejutkan para muridnya. Sang Imam mengatakan semua jawaban kalian itu benar, tetapi hakikatnya yang paling dekat dengan kita adalah “mati”. Karena kematian adalah janji Allah SWT yang mutlak kebenarannya sebagaimana firman-Nya: “Setiap yang bernyawa (pasti) akan merasakan mati.”(QS. Ali Imran, 3:185).

Salah satu pertanyaan Imam Al Ghazali kepada para muridnya seperti pertanyaan di atas, layak kiranya jika kita kaitkan dengan tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air pada Sabtu (9/1/2021) di sekitar Kepulauan Seribu Jakarta.

Pesawat yang hanya sempat terbang kurang dari lima menit setelah tinggal landas dari landasan pacu lalu hilang kontak. Hanya dalam hitungan menit, yang sebelumnya sangat mungkin di antara para korban baru saja memposisikan duduknya agar nyaman, tapi tiba-tiba dalam beberapa saat kemudian terjadi sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada pesawat yang ditumpanginya. Dengan hanya menyatakan “kun fayakun”, betapa mudah segalanya bagi Allah SWT.

Di balik tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, semoga dapat kita ambil hikmahnya khususnya terkait dengan pertanyaan Imam Al Ghazali seperti di atas. Betapa sangat dekatlah yang namanya kematian dengan diri kita.

Banyak hadits-hadits yang mengingatkan kita tentang kematian, kesemuanya dimaksudkan agar manusia selalu ingat bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, tidaklah kekal. Oleh karenanya, agar manusia senantiasa siap dengan perbekalan yang dibutuhkannya saat perjalanannya yang panjang nanti. Rasulullah SAW. bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. [HR Ibnu Majah, no. 4.258; Tirmidzi; Nasai; Ahmad].

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Ikut berduka atas tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, semoga para korban (mukmin) memperoleh rahmat, ampunan dan karunia-Nya. Keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan keikhlasan.***