Bertahan di Pasar Tradisional foto: ha/Forum Fotografi Bandung (FFB)

MARKOMINDONESIA – REBUTAN pasar digital di Indonesia diperkirakan akan bertambah seru dengan banyaknya para pelaku asing yang mengadu keberuntungan di sektor ini. Keseruan, setidaknya merujuk pada trend bisnis ritel e-commerce yang terus mendaki dari sejak tahun 2018. Dari pencapaian sekitar 210 triliun rupiah diperkirakan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2020 atau tembus di kisaran 910 triiun rupiah.

Tentunya, ini bagian dari cerita keseruan platform e-commerce yang berhasil menyihir konsumen di tanah air, berkat dukungan dari kehadiran e-commerce enabler, baik asli lokal maupun asing. Ya, perusahaan penyedia layanan strategi digital end-to-end ke unit bisnis lain yang ingin menjual produknya secara online.

Meski bisa dikatakan baru dalam industri perdagangan, model business to business (B2B) yang dikembangkan e-commerce enabler, memberikan layanan beragam sehingga membuat minat serta antusias para pengusaha ritel kian tinggi untuk terjun ke bisnis online.

Betapa tidak, jasa yang ditawarkan membuat ngiler para pengusaha ritel, mulai dari memproduksi konten, pembuatan halaman Official Store di marketplace, eksekusi pemasaran, integrasi kanal penjualan online, hingga pengiriman produk ke pelanggan. Sepertinya, kehadiran e-commerce enabler menjadi malaikat penolong bagi para pengusaha ritel, yang bisa menghemat sekitar 92% biaya investasi untuk terjun ke bisnis online.

Inilah yang membuat tingginya minat para pengusaha ritel melakukan transformasi digital, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19 yang membuat perdagangan fisik mengalami stagnasi akibat kebijakan PSBB. Jelas, kondisi ini menjadi magnet bagi perusahaan e-commerce enabler untuk menyasar pasar digital di tanah air, yang sedang bertumbuh dan jadi rebutan.

Beberapa bahkan datang di luar Indonesia, ya masih dari kawasan Asia Tenggara dan Cina, seperti :

1. HelloBisnis: Didirikan di Bandung pertengahan tahun 2020. HelloBisnis sudah menangani lebih dari 100 brand product dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan e-commerce enabler lainnya. Apa saja? Ada beberapa action yang menjadi ranah Hello Bisnis. Pertama, menjadikan toko online tersebut sebagai official store di seluruh e-commerce di Indonesia, seperti Shopee dan Tokopedia. Kedua, manajemen daftar produk, foto-foto produk, plus membangun elemen SEO (Search Engine Optimazion) di setiap produk. Ketiga, mengoptimalkan sosial media yang sudah dimiliki brand supaya terkoneksi atau terhubung dengan marketplace yang dihandle Hello Bisnis. Keempat, menjadikan badan usaha tersebut sebagai gudang toko yang besar serta terstruktur rapi. Kelima, membangun system Customer Service (CS) yang sistematis dan friendly dengan jadwal layanan sesuai jam buka toko. Keenam, meningkatkan angka penjualan via promosi di e-commerce dan juga memajukan penjualan secara offline, termasuk menangani ekspor ke luar negeri. HelloBisnis melakukan one stop distribution, artinya produk bisa paralel didistribusikan ke pasar modern trade, general trade maupun horeka. Jadi, jangan khawatir bagi pemilik brand yang mau aktifkan official store di Singapura dan Malaysia, HelloBisnis bisa menanganinya karena memiliki gudang di Singapura dan Malaysia, selain di Indonesia sendiri.

2. aCommerce : Ini e-commerce enabler yang berpusat di Bangkok, Thailand. Didirikan tahun 2013, kegiatan operasionalnya tersebar di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Sejumlah kliennya yang tercatat pernah dikelola di antaranya Adidas, Abbott, Samsung, dan Nescafe.

3. Jet Commerce : Didirikan tahun 2017 di Cina sebagai mitra distribusi resmi Alibaba.com dan kemudian merambah ke industri e-commerce dengan menyediakan layanan terpadu untuk brand yang ingin berjualan secara online. Selain di Cina, Jet Commerce juga beroperasi di Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina,. Dalam situs resminya, portofolio klien Jet Commerce meliputi Pedigree, Oppo, Sariayu, dan Shiseido.

4. LincGroup (8Commerce) : LincGroup memiliki spesialisasi di bidang manajemen rantai pasok (supply chain). Setelah memiliki rantai pasok di Indonesia bagian tengah dan barat, kini LincGroup membuka unit bisnis khusus untuk e-commerce enabler bernama 8Commerce. Layanan ini mencakup pembuatan strategi pemasaran digital, operasional toko, manajemen kanal digital, pergudangan, dan pengiriman produk. 8Commerce beroperasi secara eksklusif di Indonesia.

5. SCI E-Commerce : Ini e-commerce enabler asal Singapura yang menangani berbagai brand di Asia Tenggara dan Cina. Tahun 2017, SCI E-Commerce mulai beroperasi di Indonesia dan bermitra dengan platform marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, JD.id, dan Tmall Global.

6. Intrepid Group : Perusahaan yang didirikan di Vietnam tahun 2017 ini, mulai menawarkan jasa profesionalnya di Indonesia pada Januari 2019. Intrepid membantu para brand menjangkau pasar konsumen yang lebih luas melalui kanal dan strategi e-commerce yang tepat. Perusahaan yang juga sudah menjangkau Filipina dan Singapura ini menawarkan jasa pemasaran yang dapat memberikan masukan-masukan untuk pembuatan kebijakan bisnis strategis para pemilik bisnis.

Dari jumlah e-commerce enabler yang ada saat ini, tidak menutup kemungkinan akan banyak lagi bermunculan perusahaan sejenis, mengingat prospek serta potensi yang sangat menggiurkan di pasar digital Indonesia dalam beberapa tahun ke depan sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Katanya sih, diprediksi akan mendominasi sektor ekonomi digital hingga 60 persen di tahun 2025, sehingga rebutan pasar digital jadi semakin seru. (husniaagus/jaksat)***