Foto : Istimewa
Foto : Istimewa
Foto : Istimewa

JAKARTASATU.COM – Partai Demokrat (PD) memutuskan diri bakal menjadi partai oposisi. Partai  besutan jenderal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut tidak memberikan dukungan politik kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla atau Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam pemilu presiden (pilpres) tahgun 2014. Partai Demokrat memilih bersikap netral, non blok dan tidak memihak.

Menanggapi hal tersebut analis politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai  setidaknya ada empat hal yang membuat Partai pemenang pemilu tahun 2009 tersebut memilih jalur oposisi. Pertama, Partai Demokrat sudah terlanjur mendapat citra buruk dimata masyarakat hal tersebut dipicu dengan banyaknya kader partai yang terlibat dalam urusan korupsi. Atas dasar itulah, banyak partai politik lain menilai Partai Demokrat tidak seksi diajak untukn berkoalisi.

“Kedua, faktor rendahnya perolehan suara Demokrat dalam pemilu legislatif 2014 yang hanya mencapai angka 10.19 %. Dan rendahnya perolehan suara inilah yang membuat partai lain tidak menaruh minat berkoalisi dengan Partai Demokrat,” kata Ubed saat dihubungi Jakartasatu.com, Rabu pagi (21/5).

Lebih lanjut mantan aktivis pergerakan 98 yang dulu tergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) menambahkan untuk alasan ketiga adalah lemanhnya sisi komunikasi politik dan kepemimpinan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat partai politik lain tengah sibuk bermanuver membentuk sebuah kekuatan politik, Demokrat malah diam seribu bahasa dan lambat dalam menentukan arah dan sikap politik.

Peluang Demokrat untuk membentuk poros politik ketiga setelah kekuatan PDIP-Joko Widodo dan Gerindra-Prabowo Subianto juga pupus, saat Partai Golkar memutuskan sikap mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dalam ajang pilpres.

“Untuk alasan keempat adalah konvensi capres Demokrat yang mengalami kegagalan. Konvensi capres ini sama sekali tidak mampu meningkatkan elektabilitas partai dan pemenang konvensi juga tidak bisa diangkat sebagai capres, karena tingkat elektabilitasnya jauh di bawah Jokowi dan Prabowo,” tutupnya. (JKS/MARCOPOLO).