Foto : Istimewa
Foto : Istimewa
Foto : Istimewa

JAKARTASATU.COM – Langkah Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang merangkul Ormas Front Pembela Islam (FPI) disesalkan banyak pihak. Dengan menggandeng FPI, Prabowo-Hatta dianggap membiarkan aksi kekerasan atas nama agama terus berulang.

“Kurang bijaksana. Masyarakat akan menilai bahwa calon ini mentoleransi kekerasan. Seakan-akan mentoleransi kekerasan,” kata M Subhi Azhari, peneliti The Wahid Institute, kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (31/5).

Lebih lanjut Subhi menjelaskan sikap Prabowo-Hatta yang merangkul FPI tidak memberikan contoh baik kepada publik. Seharusnya sebagai seorang capres-cawapres, pasangan Prabowo-Hatta harus bisa mengayomi semua golongan, suku dan agama. Dan tidak memihak pada salah satu kekuatan politik atau kepentingan golongan manapun.

Selama ini, lanjut Subhi, aksi FPI menyalahi tradisi kebangsaan yang beragam dan menghargai perbedaan.  FPI juga kerap menggunakan aksi dan cara kekerasan dalam menjalankan aksinya.  “Namun, mereka (Prabowo dan Hatta, red) justru tidak memberikan contoh yang bijak kepada masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Seperti diketahui, Hatta menghadiri sebuah acara di Jakarta pada Selasa (27/) lalu yang dihadiri anggota FPI dan pimpinannya Habib Rizieq Syihab. Hatta meminta dukungan dan doa dari anggota FPI.

Sebelumnya, Prabowo bahkan secara terbuka mengusulkan perlunya semua pihak merangkul FPI. Menurut Prabowo, pemerintah di pusat dan daerah juga perlu untuk merangkul FPI.  “Semua ormas memang harus dirangkul termasuk FPI,” ujar Prabowo. (TAR/JKS).