Foto : ISTIMEWA
Foto : ISTIMEWA
Foto : ISTIMEWA

JAKARTASATU.COM – Pertarungan sengit antar kandidat capres-cawapres bukan hanya terjadi di dunia nyata, pertarungan ketat juga terjadi di dunia maya. Baik kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa atau Joko Widodo-Jusuf Kalla, sama-sama mempunyai pasukan maya (cyber army) yang digunakan untuk menggiring oipini dan melakukan sosialisasi kepada pemilih pemula yang melek teknologi.

“Kedua pasangan capres dan cawapres menggunakan pasukan siber. Yang paling banyak ada di kubu Joko Widodo – Jusuf Kalla,” katanya Direktur Lembaga Pemantau Jejaring Sosial Katapedia Indonesia Deddy Rahman, di Jakarta, Jum’at (6/6).

Pasukan siber bekerja dengan menggunakan banyak akun di jejaring sosial, tujuannya untuk mempengaruhi pilihan pemilih. Pasukan itu dibayar oleh kedua pasang kandidat. Pasukan tersebut mulai dikenalkan pada Pilgub DKI Jakarta 2012 lalu dan digunakan untuk mendukung kandidat Gubernur-dan wakil Gubernur yang tengah bertarung kala itu.

Beberapa ciri-ciri akun berbayar atau pasukan siber adalah mengunggah foto profil perempuan cantik, remaja manis atau perempuan berjilbab. Kemudian pengikutnya di jejaring sosial kurang dari 100. Mereka dikepalai seorang “kapten”. Tugas dari pasukan siber tersebut mencuitkan kembali (retweet) cuitan “kapten”.

Deddy menambahkan jejaring sosial sangat penting, karena pilihan masyarakat di jejaring sosial mencerminkan pilihan di dunia nyata. Apalagi, masyarakat Indonesia juga terbesar di berbagai jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path, dan Instagram.

“Dari hasil penelitian kami mendekati 95 persen. Siapapun yang menang di jejaring sosial maka akan menang pada pemilihan,” tutupnya. (ANT/JKS).