Foto : ISTIMEWA
Foto : ISTIMEWA
Foto : ISTIMEWA

JAKARTASATU.COM, JAKARTA – Analis Politik Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia Ubedilah Badrun menilai keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memutuskan menjadikan Prof. Ahmad Erani Yustika menjadi moderator dalam debat capres sesi kedua pada tanggal 15 Juni 2014 adalah kesalahan besar.

“Yang bersangkutan mempunyai rekam jejak tidak netral. Sebab pada pemilu presien 2009 yang bersangkutan merupakan salah satu anggota tim sukses Jusuf Kalla,” kata analis politik yang akrab disapa Ubed melalui keterangan pers yang diterima Jakartasatu.com, Sabtu (14/6).

Lebih lanjut mantan aktivis pergerakan 1998 yang dulu tergabung dalam organisasi Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) itu menambahkan, pada pilpres 2009 lalu Ahmad Erani Yustika bersama dengan Fadhil Hasab dam Ferry Musrsydan Baldan masuk sebagai salah satu tim sukses pasangan Jusuf Kalla dengan Wiranto (JK-WIN). Kala itu, guru besar Universitas Brawijaya tersebut dipimpin oleh Thomas Suyatno dan Wahyu Dewanto. Tim ini bertugas menganalisasi persoalan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang dihadapi oleh rakyat.

Berkaca dari rentetan fakta mas alampau itulah, Ubed menilai sosok Ahmad Erani tidak layak menjadi moderator dalam debat sesi II capres. Ketidaklayakan bukan karena intelektualitasnya, melainkan dari rekam jejak bahwa dirinya pernah berada dibawah Komandi Jusuf Kalla pada pilpres 2009 lalu.

“Karena itu saya sarankan kepada KPU masih ada waktu 2 x 24 jam untuk mencari penggantinya. Dan saya kira bangsa Indonesia masih mempunyai banyak ahli ekonomi untuk menjadi moderator dalam sesi debat kedua capres  dengan tema Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial,” tutup Ubed. (MARCOPOLO/PN).