Tuntutan Kapolri Jenderal Sutarman agar Prof. Adrianus Meliala meminta maaf dan mencabut pernyataannya diseluruh media masa terutama disalah satu televisi berita nasional terkait pernyataannya tentang Bareskrim sebagai ATM pimpinan Polri adalah bentuk teror psikologis, intimidasi kekuasaan atas nama penegakan hukum. Dalam kapasitasnya berbicara sebagai anggota Kompolnas, tentu saja pernyataannya ini memiliki landasan hukum dan dilindungi UU sehingga ancaman Kapolri melanjutkan proses hukum ke pengadilan bila menolak meminta maaf ibarat jeruk makan jeruk, karena tugas, fungsi serta peran Polri dan Kompolnas sama sama di atur dalam UU tentang Kepolisian.
Tidak fair dan bias dong, bila polisi memproses sendiri kasus hukum yang terkait dengan dirinya sendiri, toh Kejaksaan Agung juga diberi kewenangan memproses hukum untuk menghindari konflik kepentingan.
Bila Sutarman mengatakan atas namakan 450 ribu polisi bahwa tidak ingin institusinya diinjak-injak, logikanya tidak hanya mempersoalkan Prof Adrianus saja. Tudingan Letjend (Purn) Yunus Yosfiah, ketua tim perjuangan merah putih untuk kebenaran dan keadilan tentang pertemuan Sutarman dan Kapolda Metrojaya bersama Megawati di Teuku Umar pada 11 Juli 2014, dua hari paska pemilihan Presiden, harusnya juga di persoalkan karena menyangkut netralitas Polri dan kepentingan yang lebih besar menyangkut legitimasi kepemimpinan nasional.
Sudah seharusnya Presiden SBY turun tangan sebelum persoalanya menjadi melebar kemana-mana. Menjadi tanya besar publik, mengapa presiden SBY bisa tegas kepada mantan Kasad Jenderal TNI Budiman, tetapi berbeda sikap bila dengan Kapolri.
Status Siaga II Jakarta, Tinggi Muka Air Capai 214 Sentimeter
JAKARTASATU.COM-- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta meningkatkan status siaga Pintu Air Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta...
Luhut Tak Sapa Gibran Saat Pidato Penyerahan DIPA 2025 Di Istana
JAKARTASATU.COM-- Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Panjaitan menjadi sorotan publik dalam acara penyerahan...
CATATAN AENDRA MEDITA *)DALAM konteks politik di Indonesia, istilah “closing dynasty” seringkali dikaitkan dengan upaya mengakhiri dominasi politik keluarga atau kelompok tertentu yang berlangsung...
Balad 386 SMAN 3 Bandung Angkatan 1986 Siap Gelar Ulin Ka Sumedang
JAKARTASATU.COM -- ALUMNI SMAN 3 Bandung Angkatan 1986, Balad 386, akan menggelar reuni,...