JAKARTASATU.com – Musik keroncong adalah jatidiri bangsa Indonesia. Musik keroncong punya sejarah panjang bagi bangsa Indonesia. Dahulu kala musik keroncong begitu lekat dengan dinamika revolusi.
Demikian disampaikan Budayawan Sangir Talaud (Sulawesi Utara) Max Lau Siso belum lama ini di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat.
“Keroncong dan revolusi itu erat kaitannya. Tapi sekarang keroncong semakin tersisih dan berada di pinggiran,” tambah Max.
Lebih lanjut Mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) mengaku bahwa music keroncong adalah salah satu musik khas yang dimiliki bangsa Indonesia. Sejarah keroncong juga tidak lepas dari perpaduan budaya-budaya asing.
Awalnya keroncong berasal dari budaya Portugis, penduduk pribumi mulai mengenal musik keroncong pada pertengahan abad ke 17. Namun demikian seiring dengan perjalanan waktu, lama-kelamaan keroncong mengalami evolusi dan masuklah unsur-unsur budaya Indonesia di dalamnya.
“Tapi sayang saat ini musik keroncong kalah tenar dengan musik dangdut,” tambah Max menegaskan.
Masih kata Max ia amat berharap pemerintah republik Indonesia harus bergerak cepat melestarikan salah satu kekayaan bangsa Indonesia. Bentuk pelestarian musik keroncong beraneka ragam, mulai dari mendirikan sanggar budaya, mengadakan lomba festival dalam waktu-waktu tertentu dan juga pengenalan terhadap generasi muda.
“Sehingga, jangan sampai nanti budaya kita diklaim oleh pihak-pihak tertentu,” demikian Max.
Sekedar informasi, pada zaman revolusi fisik (1945-1949) music keroncong menjadi teman para pejuang untuk merebut dan mempertahankan tanah air. Sejumlah komponis dan seniman legendaris juga lahir pada masa ini, sebut saja Ismail Marzuki (1914-1958) yang merupakan salah satu putra terbaik Betawi. Kemudian Mastero keroncong tanah Air adalah Gesang dengan lagunya Bengawan Solo. (JKS/BM)