JAKARTASATU.com – Hingga kini persaingan menuju pucuk pimpiminan Partai Golkar masih terus berlangsung dengan ketat. Sebanyak delapan orang kader Golkar telah menyatakan diri siap bertarung merebut posisi puncak di partai politik berlambang pohon beringin tersebut.
Menanggapi hal tersebut Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens menilai partai Golkar membutuhkan regenerasi politik.
Sebagai partai politik tertua di Indonesia Golkar membutuhkan sosok muda yang baru reformis dan mempunyai visi membangun partai. Atas dasar itulah, ia menilai sosok Aburizal Bakrie dipandang tidak layak dan usang jika kembali memimpin Golkar.
“Ical sudah tidak relevan untuk idealisme perubahan itu. Ia sudah bagian dari sosok lama yang telah melemahkan Golkar. Ical bisa berjiwa besar jiwa menyatakan mundur dari pencalonan. Itu lebih elegan untuk menjaga martabat dan memperlihatkan kebesaran jiwanya demi masa depan partai,” kata Boni di Jakarta, Senin (17/11).
Lebih lanjut analis politik yang tergabung dalam Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) menambahkan, sebagai partai politik tentu eksistensi dan kiprah Golkar ditanah air masih dianggap penting.
Kata dia, Golkar ikut mempengaruhi secara signifikan kondisi demokrasi bangsa ini. Kalau Golkar rusak, rusak juga demokrasi. Dan sebaliknya, kalau golkar baik, maka baik pula demokrasi dinegara ini.
“Meski bukan pemenang pemilu 2014, Golkar setidaknya berpengaruh di parlemen. Dalam konteks ini, saya kira penting peran Golkar karena selalu ambil bagian di dalam kekuasaan,” kata Boni menambahkan.
Boni menilai, saat ini Golkar belajar menjadi oposisi yang elegan. Untuk itu Golkar memerlukan kepemimpinan yang bisa membawa perubahan internal. Antara lain, bisa melakukan reformasi kelembagaan partai, rekonsolidasi antarkader setelah terbelah karena politik pilpres, dan yang penting lagi revitalisasi semangat kekaryaan yang menjadi spirit dasar partai.
“Selama ini, setidaknya dalam 10 tahun terakhir, Golkar lebih berpihak pada kepentingan pribadi dan kelompok Bakrie. Golkar menjadi alat kekuasaan segelintir elitenya. Golkar absen dari tugas kebangsaan. Sekarag saatnya perubahan kepemimpinan harus terjadi,” demikian Boni. (JKS/BM)