Ahok/Net

ahok(1)JAKARTASATU — Media massa yang sengaja mendistorsikan informasi soal Ahok sehingga Ahok dianggap pemimpin “super” harus meminta maaf kepada warga Jakarta. Karena, ternyata, semakin hari semakin terlihat kualitas kepeminpinan dan cara berpikir Ahok, yang rendah dan dangkal. Demikian diungkapkan pengamat kebijakan publik dari Jakarta Care, Chairuman.

“Coba cek saja di internet, bagaimana dia menyikapi masalah di Jakarta. Misalnya soal adanya laporan daging celeng masuk pasar Jakarta. Bukan memberi solusi, dia malah mempromosikan enaknya daging celeng. Lalu, yang terakhir soal adanya larangan penjualan minuman keras, Ahok bilang larangan itu akan membuat perdagangan gelap minuman keras marak. Yang terakhir soal diperbolehkannya mobil pribadi masuk busway asalkan membayar. Kelihatan kan bagaimana kualitasnya?” kata Chairuman di Jakarta, Jumat malam (30/1).

Chairuman mengungkapkan, keinginan Ahok mengubah buswaymenjadi “jalan tol” bagi mobil pribadi bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. “Dalam undang-undang itu kan jelas, yang diberi jalur khusus hanya angkutan massal. Memangnya mobil pribadi itu angkutan massal?” ujar Chairuman.

Ia juga mengatakan, Ahok juga kerap “ngeles” kalau ternyata publik mengetahui kesalahan dan kelemahannya. “Sama seperti Jokowi, dia juga akan menyalahkan pihak lain kalau ternyata ada orang yang membeberkan kesalahannya. Kita lihat saja contoh yang masih hangat soal pohon exotic. Jelas-jelas diangomong dirinya sebagai gubernur menyetujui dinas pertamanan dan pemakaman untuk membeli pohon exoticsenilai Rp 750 juta per pohon untuk di Taman Ria Rio, Jakarta Timur. Dia juga bilang, kalau pohon yang betul-betul mahal, enggak apa-apa. Eh, kemudian dia bantah sendiri ada pohonexotic yang dibeli dinas pertamanan dan pemakaman dengan harga Rp 750 juta per pohon, lalu Ahok ‘buang badan’ ke kepala dinasnya. Masa pemimpin yang seperti itu dipercaya dan dipuja? Kita boleh percaya kepada pemimpin tanpa reserve kalau dia hanya punya satu rumah, satu mobil, satu sepeda motor untuk istrinya, dan anak-anaknya bersekolah di sekolah negeri. Kalau pemimpin tidak seperti itu, ya, harus dikritisi, jangan diberhalakan. Kalau perlu dimakzulkan kalau sudah seenak-enaknya melanggar peraturan perundangan,” kata Chairuman dengan nada terdengar kesal. ***

Sumber: Pribuminews.com