JAKARTASATU – Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian nampak sedang jadi bintang, belum lama ini dia sempat belisatan juga atas penyebutan namanya di dalam kasus FreeportGate dimana rekamannnya disebut oleh MR sebagai berikut:
…..
SN: Termasuk Papua
MR: Termasuk Papua. Noken kita habis.
SN: Habis Pak, hampir setengah triliun.
MR: Kapolda Papua itu kan sahabat saya, sahabat deket.
MS: Tito MR: Tito. Akhirnya ditarik ke Jakarta supaya nggak menyolok, jadi Asrena. Sekarang Papua sudah jalan, kasih hadiah sama Jokowi. Padahal maunya Jakarta bukan dia. Pak BG maunya bukan Tito. Pak BG maunya Pak Budi. Tapi Budi ditaruh Bandung. Tito Jakarta. Yang minta Jokowi.
SN: Jawa Barat hahaha
Lengkapnya silakan (http://www.jakartasatu.com/2015/12/02/transkrip-lengkap-kasus-freeport-ms-sn-mr/)
Jika menilik pada kasus itu maka apakah ini benar dia menjadi Kapolda tanpa ke Kapolda Jabar. Dimana Sejumlah sejarah bahwa Kapolda Metro umumnya ke Kapolda Jabar dulu. Dan ini sangat Eksklusif.
Lalu Dari informasi sebuah media Islam diberitakan juga bahwa Tito meminta klarifikasi atas pemuatan beritanya:
Kapolda Metro Jaya: Pancasila dengan Islam Tidak Kompatibel
JAKARTA (voa-islam.com)—Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian menyebutkan bahwa Pancasila dinilai tidak kompatibel dengan Islam. Menurut Tito keduanya memang menjadi masalah dari awal pembentukannya. “Pancasila tidak kompatibel dengan Islam. Karena dari mulanya sudah problem,” ungkap Tito pada Konferensi Radikalisme-Deradikalisme yang diadakan Goethe Institute, Menteng Jakarta, beberapa hari lalu. Tito melanjutkan, “Kita masih ingat tentang majelis yang membahas pembentukan negara dan dasar negara. Banyak sekali tantangan-tantangan dalam Pancasila.” Selain itu hal kontroversial yang dipermasalahkan hingga kini adalah perihal penghapusan beberapa kalimat dalam Piagam Jakarta. Hal tersebut dinilainya menunjukan terjadi pertentangan mendasar bagi Pancasila dengan Islam. “Saya kira kita masih ingat tentang Piagam Jakarta yang pasal satunya didrop. Yang akhirnya dicukupkan dengan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa,’ yang tadinya ada kalimat ‘ Syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya’. Itu sudah menunjukan terjadinya pertentangan,” ungkap Tito. * [Send/Syaf/vc]
Padahal pengakuan media Islam itu mengatakan itu ada rekamannya. Tapi Tito yang kata sumber di media Islam itu secara Khusus mengundang ke sebuah pertemuan di Pasific Place Kawasan SCBD Sudirman Jakarta dan menyampaikan surat Bantahan dan termuat di bawah ini.
Irjen Pol Tito Karnavian: Pertentangan Pancasila dengan Islam Sudah Terjadi Sejak Dulu
JAKARTA (voa-islam.com)—Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian menyebutkan bahwa pertentangan antara kelompok pro Pancasila dengan kelompok yang menginginkan Syariat Islam sudah berlangsung sejak Negara ini berdiri. Kendati demikian, Pemerintahan saat itu memutuskan Negara Kesatuan Republik Indonesia berideologi Pancasila. (baca: Kapolda Metro Jaya: Pancasila dengan Islam Tidak Kompatibel) “Tapi Pemerintah menyebutkan final, bahwa Pancasila telah final sebagai ideologi,” kata Tito pada Konferensi Radikalisme-Deradikalisme yang diadakan Goethe Institute, Menteng Jakarta, beberapa hari lalu. Tito kemudian mengatakan, ketika era demokrasi mulai muncul pertentangan antara Pancasila dan syariat Islam kembali mencuat. “Dan ini diinternalisasikan, ini dipermasalahkan kembali ketika era demokrasi mulai muncul. Dianggap bahwa banyak hal yang tidak kompatibel. Ini memunculkan banyak perdebatan,” ungkap Tito. * [Send/Syaf/vc]
Hak Jawab Tito Karnavian atas Pemberitaan Voa-Islam.id
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Beberapa waktu lalu saya mendapat info tentang tulisan di voa-Islam.id yang berjudul “Kapolda Metro Jaya: Pancasila dan Islam tidak kompatibel”. Saya kaget dengan tulisan tersebut karena seolah-olah saya berpendapat bahwa Pancasila tidak sejalan dengan Islam. Saya ingin klarifikasi sebagai berikut. Pada hari Kamis tanggal 26 Nopember 2015 jam 10.30 WIB, saya diundang di Goethe Institut, Jl Sam Ratulangi Menteng, Jakarta Pusat sebagai panelis dengan Sidney Jones dan seorang akademik Jerman tentang Radikalisasi dan Deradikalisasi. Dalam paparan saya menyampaikan bahwa ideologi radikal terorisme perlu dinetralisir dengan program Kontra Ideologi. Caranya pertama dengan memoderasi narasi radikal oleh ulama terpandang atau ideolog radikal yang sudah berubah moderat seperti di Mesir. Kedua dengan mengintensifkan sosialisasi ideologi tandingan seperti demokrasi dan Pancasila. Karena ideologi hanya bisa dikalahkan dengan ideologi pula. Saat tanya jawab ada yang menanyakan bahwa ada yang berpendapat bahwa Pancasila tidak sesuai dengan Islam, bagaimana Pancasila akan dapat digunakan untuk menandingi ideologi radikal. Saya jawab bahwa Pancasila sejalan dengan Islam karena berisi nilai-nilai Islam dan demokrasi terutama oleh yang berpandangan moderat. Pak Ulil Abshar (yang juga ada di ruang itu) saya yakin bisa menjelaskan dengan detil tentang pendapat ini. Ada juga yang berpendapat Pancasila tidak kompatibel dengan Islam terutama yang berpandangan radikal sehingga tidak menerima Pancasila sebagai ideologi negara. Perdebatan itu terutama sudah ada pada saat penentuan ideologi negara jika kita ingat ada Piagam Jakarta dimana sila pertama ada pihak yang menghendaki Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Dalam debat itu akhirnya diputuskan sila itu cukup berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu menunjukkan ada pihak yang berpendapat Pancasila tidak kompatibel dengan Islam. Namun hal itu sudah final Pancasila menjadi ideologi negara dan seiring dengan nilai Islam. Nah itu dialog yang terjadi. Sehingga saya mengkoreksi tulisan yang seolah-olah saya yang memberikan pendapat bahwa Pancasila tidak kompatibel dengan Islam. Saya tidak pernah mengatakan dan menyampaikan pandangan seperti itu. Dalam acara itu cukup banyak pakar yang hadir diantaranya Prof DR Adrianus Meliala, HS Dillon, DR Ikhsan dari Universitas Paramadina sehingga bisa ditanyakan kepada beliau-beliau tersebut. Saya sendiri pada banyak kesempatan selalu mengatakan bahwa Pancasila sesuai dengan Islam. Misalnya kata sambutan saya dalam buku Prof Dr. Muhammad Baharun, Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat tentang Pancasila dan Islam. Di lapangan saya sejak tahun 1999 berada pada garis depan penanganan terorisme radikal dan bahkan pernah menjadi Kepala Densus 88 Polri yang menunjukkan bahwa saya amat mendukung Pancasila. Semoga klarifikasi ini jelas dan mengkoreksi tulisan oleh voa-Islam.id sesuai hak saya untuk menjawab dan memberikan koreksi sebagaimana UU no. 40 tahun 1999 tentang Pers pasal 1 butir 11 dan 12.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Muhammad Tito Karnavian
Yang menarik sebenarnya sebelum Hak Jawab ini disampaikan pada Jumat 4 Desember 2015 Tito sempat menyampaikan pesan ke Anton Tabah, berikut suratnya:
BERSAMA INI SY FWD KLARIFIKASI JENDRAL TITO KAPOLDA METRO JAYA YG DISAMPEKN PD SY STL JUMATN TD
Kanda Anton Tabah mohon berkenan sampaikan klarifikasi saya sbb : Asww. Sy dpt info ttg tulisan di Voa.Islam.id yg berjudul Kapolda Metro Jaya: Pancasila dan Islam tidak kompatibel. Saya kaget dg tulisan tsb krn seolah2 saya berpendapat bhw Pancasila tidak sejalan dg Islam. Sy ingin klarifikasi sbb. Mggu lalu sy diundang sbg panelis dg Sidney Jones dan seorang akademik Jerman ttg Radikalisasi dan deradikalisasi. Dlm paparan sy menyampaikan bhw ideologi radikal terorisme perlu dinetralisir dg program Kontra Ideologi. Caranya pertama dg memoderasi narasi radikal oleh ulama terpandang atau ideolog radikal yg sdh berubah moderat spt di Mesir. Kedua dg mengintensifkan sosialisasi ideologi tandingan spt demokrasi dan Pancasila. Karena ideologi hanya bisa dikalahkan dg ideologi pula. Saat tanyajawab ada yg menanyakan bhw ada yg berpendapat bhw Pancasila tidak sesuai dg Islam bgmn Pancasila akan dapat digunakan ut menandingi ideologi radikal. Sy jawab bhw Pancasila sejalan dg Islam krn berisi nilai2 Islam dan demokrasi terutama oleh yg berpandangan moderat. Pak Ulil Absyar (yg jg ada di ruang itu) saya yakin bisa menjelaskan dg detil ttg pendapat ini. Ada juga yg berpendapat Pancasila tidak kompatibel dg Islam terutama yg berpandangan radikal shg tidak menerima Pancasila sbg ideologi negara. Perdebatan itu terutama sdh ada pada saat penentuan ideologi negara jika kita ingat ada piagam jakarta dimana Sila pertama ada pihak yg menghendaki Ketuhanan YME dg kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Dalam debat itu akhirnya diputuskan sila itu cukup berbunyi Ketuhanan YME. Itu menunjukkan ada pihak yg berpendapat Pancasila tidak kompatibel dg Islam. Namun hal itu sudah final Pancasila menjadi ideologi negara dan seiring dg nilai Islam. Nah itu dialog yg terjadi. Shg sy mengkoreksi tulisan yg seolah2 saya yang memberikan pendapat bhw Pancasila tidak kompatibel dg Islam. Saya tidak pernah mengatakan dan menyampaikan pandangan seperti itu. Semoga klarifikasi ini jelas dan mengkoreksi tulisan oleh voa.Islam.id Terimakasih.
TITO KARNAVIAN (Info dari Irjen Pol Purn. Anton Tabah)
Menurut Sumber kami dilingkaran media Islam bahwa pertemuan Tito tidak dilakukan di Kantornya Mapolda Metro, namun Tito mengajaknya atau memanggil jurnalis media Islam itu ke PP dan jurnalis itu akhirnya ditemani redaktur dan akhirnya ada dialog silaturhami.
“Kami di undang ke PP dan disana sudah ada sejumlah ajudan di PP,”kata sumber itu. Tapi sumber itu juga sempat menyinggu bahwa soal rekaman Freeport Gate yang menyebut dugaan ada nama Tito dalam rekaman itu yang mana menyebut Tito adalah yang jadi Kapolda Metro hadian dari Presuden Joko. Dia rupanya kurang suka dengan pertanyaan itu, nampaknya dia kecewa.”Saat kami tanya itu dia enggan jawab dan mimik wajahnya berubah dan pergi meninggalkan kami lalau kami hanya ditemani ajudan,” tutup sumber kami kepada jakartaSatu.com.(JKS/SBJ)