Jakartasatu.com – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi DKI Jakarta baru akan dihelat pada Februari tahun 2017. Meskipun demikian suhu politik di ibukota sudah mulai memanas. Sejumlah nama-nama beken mulai dari pengusaha, selebritis, politikus sudah ramai dibincangkan banyak orang sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta. Bahkan sebagian besar dari mereka sudah mulai “mejeng” dan berkoar-koar di berbagai media massa dan mendeklarasikan diri sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta.
Menanggapi hal tersebut analis politik IndoStrategi Andar Nubowo melihat nama-nama beken yang muncul dalam pilkada DKI Jakarta sama sekali belum memiliki kemampuan dalam menata dan membangun Jakarta. Pasca mundurnya Ridwan Kamil dari peta politik DKI Jakarta hingga kini belum ada tokoh yang mampu atau setidaknya menandingi Basuki Tjahaja Purnama, akrab disapa Ahok dalam menata dan membangun sebuah daerah.
“Semua calon yang muncul selain petahana belum memiliki pengalaman memimpin daerah,” kata Andar di Jakarta, Selasa (22/3/2016).
Sebut saja Yusril Ihza Mahendra (YIM) yang merupakan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Adhyaksa Dault (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono), pengusaha terkemuka Sandiaga Salahuddin Uno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang juga politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Abraham Lunggana, akrab disapa Haji Lulung. Belakangan nama Djarot Saiful Hidayat yang kini menjabat sebagai wakil Gubernur DKI Jakarta juga muncul ke permukaan. Namun demikian hingga kini belum ada kepastian apakah Djarot akan maju dalam pilkada DKI Jakarta.
Sedangkan Abraham Lunggana atau Haji Lulung dikenal public sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Meski duduk sebagai salah satu legislator di Kebon Sirih, namun Haji Lulung juga belum memiliki pengalamanan dalam memimpin daerah. Hal yang sama juga berlaku pada musisi Ahmad Dhani. Namanya sempat muncul dalam bursa cagub DKI Jakarta yang diusung dari Partai Kebangkitan Bangsa. Dhani dikenal sebagai musisi terkemuka, namun lagi-lagi ia belum punya rekam jejak atau pengalaman dalam menata dan memimpin daerah.
Andar yang juga dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta melanjutkan, selain bekal pengalaman dalam memimpin dan menata daerah, syarat yang harus dimiliki bagi calon Gubernur DKi Jakarta adalah merawat dan menjaga kebhinekaan.
Mengapa demikian? Sebagai ibukota Indonesia, hampir bias dipastikan semua etnis, agama, dan strata social ada di Jakarta. Jakarta adalah kota heterogen dan kompleks karena itu diperlukan pemimpin yang bisa menjaga dan merawat kebhinekaan. Sebab Jakarta bukan hanya dipandang sebagai salah satu provinsi saja, melainkan Jakarta adalah ibukota Indonesia, karena itu posisi Jakarta begitu sentral dan strategis.
Berkaca dari kenyataan itulah maka diperlukan calon gubernur alternatif di DKI Jakarta. Figur tersebut minimal harus memenuhi dua syarat yaitu kompeten dalam menata dan memimpin daerah serta mampu merawat kemajemukan di Jakarta.
Beberapa figur yang dianggap mumpuni dan kompeten sebagai calon gubernur DKI Jakarta adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Nurdin Abdullah Bupati Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan, Bupati Bojonegoro-Jawa Timur Suyoto, Bupati Batang-Jawa Tengah Yoyok Riyo Sudibyo dan Bupati Banyuwangi-Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas.
“Karena itulah Jakarta butuh Cagub alternatif. Proses pencarian (head hunter) kepada calon lain yang dianggap layak dan kompeten harus dilakukan,” demikian Andar.