Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menilai pembangunan simpang susun Semanggi bukan langkah tepat, karena tujuan untuk mengurai kemacetan lalu lintas hanya akan berlangsung sesaat.
Tulus menuturkan, pembangunan yang diinisiasi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan kontra produktif bagi lalu lintas di Jakarta. Dari sisi tata ruang, simpang susun Semanggi akan memperburuk tata ruang di kawasan Semanggi. Seharusnya, Pemprov DKI hanya membangun terowongan untuk lokasi yang beririsan dengan rel kereta api.
“Yang mendesak untuk mengatasi kemacetan di Jakarta adalah memberikan disinsentif bagi pengguna kendaraan pribadi, misalnya mempercepat implementasi jalan berbayar (electronic road pricing/ERP). Sedangkan membangun simpang susun justru memberikan insentif bagi pengguna kendaraan pribadi agar semakin nyaman menggunakan kendaraannya,” tuturnya di Jakarta, Minggu (10/4).
“Implikasinya, apalagi kalau bukan kemacetan. Jadi alasan membangun simpang susun Semanggi untuk mengatasi kemacetan adalah alasan dan paradigma yang sesat pikir,” imbuhnya. (es/rm/an)