BERHITUNG MASA DEPAN AHOK

Selain si raja-tega eitz salah, maksudnya si raja minyak dari Medan-Poltak Ruhut Sitompul, siapa lagi tokoh masyarakat yang bersuara membela sosok Ahok sekarang?

Aku kesulitan menemukan satu figur berkredibilitas “jelas” berani pasang badan untuk Ahok sekarang. Aku katakan “sekarang” ya. Pasca watak, karakter, wawasan, kebijakan dan manuver-manuver politiknya digelar dengan nyata.

Begitu banyak, bila ngga mau dibilang terlalu banyak, figur yang sebelumnya mendukung Ahok SEKARANG menarik dukungan tersebut. Dulu JJ Rizal menyerang FPI demi membela Ahok. Sekarang JJ Rizal dimaki “go-block” oleh Ahok. Dulu Ratna Sarumpaet mendukung Ahok atas nama pluralisme. Sekarang ia diberi label provokator.

Yani Wahid pun enggan memberi dukungan formal setelah nama besarnya dicatut dalam sebuah meme dukungan terhadap Ahok.

Ex staf khusus Presiden SBY, Andi Arief rajin menyatakan Ahok terlibat korupsi di skandal Waras-gate. Fadli Zon mendesak pembentukan pansus korupsi Sumber Waras. Cuma seorang perempuan anonim pernah bilang Ahok cuma galak ke koruptor, Ahok gak pernah galak ke rakyat kecil. Shheeet daaah, mungkin dia menderita amnesia kronis atau orang bayaran hingga nggak pernah menonton video scene Ahok memaki-maki “ibu maling-ibu maling”. Ustad Anton bilang Jakarta butuh pemimpin “berkarakter”. Entah dia nyontek di mana kalimat ini. Semua orang juga punya karakter kale Pa Ustad. Karakter Ahok ya kasar & beringas. Adiyaksa Dault menuding Ahok gak berahlak.

Yusril menggugat Ahok, Ahok rilis serangan balik seakan Ahok lebih ngerti soal hukum dari Yusril yang pernah berperkara seputar hukum melawan negara dan dia menang. Ahok memang bondo nekad.

Mbak Megawati gak pernah bicara soal Ahok. Ngga seperti Surya Paloh yang setinggi langit memuja Ahok. Si bewok ini kepingin bingit jadi orator ulung or “Sukarno kedua”, jadi macan podium. Tujuannya ya ngadalin rakyat dengan orasi berapi-api. Dia nggak signifikans. Metrotivi milik James Riyadi kok. Dan ‘anak-buah’ Pak James yang lain, yaitu Tjipta Lesmana adalah salah satu figur akademis berkomentar paling kritikal mengenai Ahok. Tanggal 21 April, di tengah beberapa daerah direndam banjir, Ahok keluarin busway warna pink. Tujuannya jelas, sogokan politis menunggangi “Hari Kartini” agar warga DKI memberikan fotokopi KTP yang diklaim sudah tembus angka 600 ribu pendukung. Melampaui jumlah suara partai islam PKS. Ha ha ha lucu.

Di era cyber, sudah pasti media cetak bangkrut. Kalah oleh media elektronik. Sehingga merebak desas-desus media bisa disumpel pake duit. Gembong Tempo, Goenawan Mohamad masih terus menulis “yang indah-indah soal Ahok”. Christianto Wibisono merilis glorifikasi tentang Ahok berbarengan dengan kutukan dan sumpah serapah rakyat yang baru saja digusur tanpa kompensasi. Baik Goenawan dan Wibisono adalah tokoh besar berusia lanjut. Kondisi fisik mereka tidak memungkinkan mereka turun dari “Menara Gading” & istana awan mereka untuk sekedar melihat realitas di bawah sana.

Saking nggak realistik dan sederhananya glorifikasi Goenawan Mohamad dan Christianto Wibisono, mereka jadi membosankan. Tumpul. Segala opini mereka berdua tentang Ahok, sekalipun digabung jadi satu, tetap tidak sebaik uraian Khoe Seng Seng (orang biasa, bukan selebriti politik) di soal skandal korupsi Rumah Sakit dan Reklamasi Teluk.

Ahok jelas rakus kekuasaan. Berulang kali dia ngomong pengen jadi presiden khan.

Itu juga sebabnya dia nggak pernah mikir meletakan jabatan agar KPK bisa netral dan independent membongkar kasus Sumber Waras dan Reklamasi.

Mari kita hitung-hitungan politik siapa saja pengutuk dan pendukung Ahok. Sekali pun bisa sangat mungkin para pembela itu cuma orang bayaran. Tetapi mengapa ya Iwan Fals ngga menggelar konser tolak reklamasi di Jakarta? Whooaaa kalo dia gelar konser di sini, Ahok bisa rusak men.

Indonesia telah membuktikan diri sebagai negeri pluralis. Jangan karena mengusung pluralisme, kita menutup kemungkinan bahwa Ahok korupsi di Sumber Waras atau bermain di mega-proyek refklamasi. Publik mesti bertanya dari mana sumber aliran dana sewa booth-booth Ahoker Counter di mall. Jangan kuatir, Ahok bukan dewa. Dia manusia biasa yang bisa haus kekuasaan dan popularitas. Yang pasti; Dia politisi.  -penulis di FB BERHITUNG MASA DEPAN AHOK adalah Zeng Wei Jian dimuat atas ijin sang penulis.