Jakartasatu.com – Ada penggalan kisah yang tidak banyak diketahui banyak orang mengenai kedekatan Pahlawan nasional yang juga Bapak Brimob Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Moehammad Jasin dengan pemimpin besar revolusi Presiden Sukarno. Kedekatan tersebut diungkap oleh jenderal polisi purnawiranan bintang tiga dalam bukunya berjudul “Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia”.
Lantas seberapa dekatkah Komjen Jasin dengan Bung Karno? Penasaran. Simak ulasannya berikut.
Dalam lintasan sejarah perjalanan bangsa Indonesia tentu saja nama Bung Karno tidak asing. Namanya hingga kini tertulis tinta emas sebagai manusia pertama Indonesia, pemimpin besar revolusi, panglima tertinggi angkatan bersenjata dan penyambung lidah rakyat Indonesia.
Selama belasan tahun Bung Karno mendekam di penjara dan diasingkan rezim kolonial Belanda.Ia dipisahkan dari rakyat dan dibuang ke pulau di luar pulau Jawa. Lika-liku perjuangan meraih kemerdekaan itu akhirnya tercapai ketika pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Meski Indonesia sudah merdeka dari Jepang, bukan berarti pihak Belanda yang dahulu menjajah Indonesia senang. Dengan berbagai cara mereka masih berambisi untuk kembali menduduki Indonesia. Situasi yang terjadi pada masa revolusi fisik juga amat kacau balau. Singkat kisah situasi politik yang ada ketika belum sepunuhnya stabil dan keamanan juga masih mencekam.
Dalam situasi yang demikian genting tersebut, Komjen Jasin yang ketika itu masih berpangkat Inspektur Polisi Kelas I berperan penting. Pada tanggal 21 Agustus 1945 Jasin secara resmi mempromamirkan polisi istimewa sebagai bagian polisi negara republik Indonesia yang baru lahir.
Sebagai konsekuensi logis dari bergabungnya polisi istimewa (cikal bakal korps Brimob) maka Jasin dan pasukan polisi istimewanya bahu-membahu bersama Arek Surabaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa tanggal 10 Novermber 1945 yang diperingati sebagai hari pahwalan tentu tidak bisa dilepaskan dari sosok Jasin.
Mengapa demikian? Karena setelah Jepang menyerah kepada sekutu, Jepang membubarkan tentara Peta dan Heiho dan melucuti senjata mereka. Dalam kondisi demikian hanya pasukan polisi istimewa sajalah yang memiliki senjata dan amunisi untuk melawan pihak Belanda dan Sekutu. Bukan hanya itu Jasin adalah wakil pihak Indonesia yang menerima senjata dari gudang tentara Jepang antara lain tangsi Don Bosco dan kemudian senjata rampasan tersebut dibagikan kepada pemuda-pemuda revolusioner untuk menghadapi pasukan Inggris dan Belanda.
Karena kiprah dan sepak terjangnya yang terlibat aktif menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia maka Bung Karno tidak segan-segan memuji Komjen Jasin.
“Berilah saya lima Jasin pasti negara aman,” begitulah pujian Bung Karno kepada Jasin yang kembali dikisahkan dalam buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang. (Bersambung)