Jakartasatu.com – Setiap tanggal 1 Juli Polri merayakan hari jadinya. Berbagai acara dilakukan untuk memperingati hari jadi tersebut. Mulai dari acara seremonial, kemudian atraksi ketangkasan satuan brigade mobil (brimob), baksi sosial dan sebagainya.
Lantas apakah betul Polri baru lahir setelah Indonesia merdeka?
Pertanyaan di atas pernah membuat gelisah para pimpinan Polri, salah satunya adalah mendiang Bapak Brimob Komjen Pol (Purn) Moehammad Jasin. Purnawiranan polisi itu menyebut tanggal 1 Juli yang kini ditetapkan sebagai hari ulang tahun (HUT) korps Bhayangkara sejatinya adalah pemisahan Polri dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Oleh karena itu sebagian orang menilai bahwa 1 Juli 1946 bukanlah hari lahir Polri namun sebagai peringatan lepasnya Polri dari Kemendagri.
Asvi Warman Adam sejarahwan yang juga peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah menulis artikel mengenai hari lahir Polri yang di muat dalam Radar Jogya pada tanggal 1 Juli 2009.
Dalam tulisannya Asvi menyebut bahwa sebelum kemerdekaan eksistensi Polri sudah ada di Indonesia, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Fakta lain yang juga diungkap adalah soal adanya Proklamsi polisi yang dibacakan Komjen Jasin (saat itu masih berpangkat Inspektur tingkat 1) di Kota Surabaya pada tanggal 21 Agustus 1945.
Komjen Jasin memproklamasikan terbentuknya Polisi Repoeblik Indonesia (PRI) secara nasional pada tanggal 21 Agustus 1945. Sebagai konsekuensi logis atas proklamasi yang dibacakan maka Jasin bersama dengan pasukan polisi istimewanya bertempur habis-habisan melawan pasukan sekutu dan Belanda yang mencoba kembali menguasai Indonesia.
Bagi Jasin sendiri penetapan tanggal 1 Juli 1946 sebagai HUT Bhayangkara dinilai tidak tepat. Bagaimana biasa Polisi yang terlibat dalam perang fisik mempertahankan kemerdekaan baru lahir pada tahun 1946, padahal sejarah mencatat pasukan polisi istimewa yang dipimpin Jasin berjibaku habis-habisan ketika masa revolusi fisik tengah berkecamuk hebat.
“Dengan demikian jika HUT Bhayangkara tetap diperingati setiap tanggal 1 Juli keberadaan Polri tidak ada hubungannya dengan Revolusi fisik Indonesia sebagai kekuatan sejarah yang menentukan kelanjutan Proklamasi 17 Agustus 1945. Lalu bagaimana Polri bisa bicara soal revolusi fisik jika dinyatakan baru lahir pada tahun 1946,” tanya Jasin dalam buku biografinya “Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang”.
Masih dalam buku yang sama. Mantan Kapolri Jenderal Pol Sanusi pernah menyiapkan langkah-langkah untuk merealisasikan HUT Bhayangkara pada tanggal 21 Agustus 1945. Namun demikian langkah tersebut gagal dilaksanakan lantaran mantan Kapolri Jenderal Sanusi harus mengakhiri masa tugasnya.
Pimpinan Polri lainnya sebelum era Jenderal Sanusi juga sepakat dengan ide tersebut. Sambil menunggu waktu tepat setiap tanggal 21 Agustus diperingati dengan acara “tumpengan”. Namun lagi-lagi acara seremonial setiap tanggal 21 Agustus itu berjalan terseok-seok alias tidak konsisten.
“Walaupun demikian saya memiliki keyakinan HUT Bhayangkara pada tanggal 21 Agustus 1945 akan terjadi juga, cepat atau lambat tergantung dengan situasi. Saya pandang itikad untuk mengembalikan HUT Polri pada tanggal 21 Agustus 1945 sesuai dengan peristiwa sesungguhnya sebagai sikap kepahlawanan,” tandasnya Komjen Jasin.
Untuk diketahui selama bertugas di Korps Bhayangkara, Komjen Jasin aktif dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Sebagai jenderal tempur ia pernah bertugas di banyak palagan perang, sebut saja perang melawan tentara sekutu dan Belanda pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya, kemudian pemberantasan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada tahun 1948, pemberantasan gerakan separatis Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), mengatasi ancaman Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Jawa Barat dan sebagainya.
Komjen Pol Jasin sendiri menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis 3 Mei 2012 pada usia 92 tahun. Sosoknya memang sudah tiada, namun semangat dan spiritnya tidak pernah lekang di telan waktu.