Sjafrie Sjamsoeddin Mantan Pangdam Jaya (Antara Foto)

Jakartasatu.com – Nama Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin kembali muncul ke permukaan. Bekas Pangdam Jaya itu mengaku siap maju dan bertarung dalam pilkada DKI Jakarta yang akan dihelat pada Februari tahun depan. Purnawiranan jenderal TNI bintang tiga itu mengaku belum memiliki pengalaman dalam memimpin dan menata kawasan. Namun demikian dirinya tetap optimis bertarung dalam pemilihan Gubernur Jakarta.

Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan 30 Oktober 1952 itu memang menghabiskan kariernya dalam dunia militer. Jabatan terakhir yang disandangnya adalah Wakil Menteri Pertahanan 1 di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan masa jabatan 6 Januari 2010 hingga 20 Oktober 2014.

Sebelum menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan, Alumnnus Akabri tahun 1974 itu meniti kariernya sebagai prajurit tempur dengan unit infanteri TNI Angkatan Darat. Sebagai serdadu lapangan, Sjafrie menghabiskan kariernya di palagan. Ia pernah bertugas di Timor-Timur, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Irian Jaya. Namanya semakin bersinar dan dikenal luas publik ketika tahun 1997 ia menjabat sebagai Pangdam Jaya. “Jenderal Ganteng” sebutan yang melekat erat dalam dirinya ketika itu.

Sebelum duduk sebagai Pangdam Jaya, di tahun 1990 ia bertugas sebagai satgas Kopassus TNI AD untuk Timor-Timur. Di tahun 2011, media massa Australia The Age dan Sydney Herald Morning menyebut Sjafrie bertanggung jawab atas tragedi dan kejahatan perang yang terjadi di Timor Leste pada tahun 1991 yang menewaskan 250 demonstran pro kemerdekaan. Ia juga dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukan tentara pada masa referendum di Timor Timor pada Agustus 1999.

Dekat dengan Prabowo Subianto

Nama Sjafrie Sjamsoeddin belakangan semakin menguat dan masuk dalam bursa bakal calon gubernur DKI Jakarta. Bekas Pangdam Jaya di tahun 1997 itu sudah bertemu dengan Prabowo Subianto dan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono. Dari pertemuan tersebut ia mengaku mendapat “lampu hijau” untuk maju dalam pilkada Jakarta lewat partai politik yang identik dengan Prabowo Subianto.

Partai Gerindra sendiri mengaku sudah memiliki 3 nama yang akan diusung dalam pilkada Jakarta, yaitu Sandiaga Salahuddin Uno, Yusril Ihza Mahendra dan Sjafrie Sjamsoeddin. Namun demikian hingga kini partai politik yang memiliki 15 kursi di DPRD DKI Jakarta belum secara resmi mengumumkan siapa tokoh yang akan diusung dalam pilgub Jakarta.

Belakangan, politikus Gerindra yang juga ketua penjaringan bakal cabug DKI Jakarta, Syarif menyebut jika Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto lebih srek dengan sosok Sjafrie Sjamsuddin. Syarif mengakui jika komunikasi politik Sjafrie amat santun, dan itulah yang menjadi daya tarik Prabowo Subianto cenderung mendukung Sfarie.

Mengacu kepada sejarah masa lampau, kedekatan Prabowo dengan Sjafrie memang sudah sejak lama. Ketika Prabowo Subianto menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad) di tahun 1998, Sjafrie menjabat sebagai Pangdam Jaya dengan tanggung jawab mengamankan ibukota, depok, tangerang dan bekasi. Sjafrie sendiri adalah orang kepercayaan Prabowo Subianto.

Pada tahun 1998 saat situasi ibukota memanas, Sjafrie yang menjabat sebagai Pangdam Jaya kekurangan pasukan untuk meredam amuk masa, kemudian Sjafrie meminta Kostrad untuk menyiapkan pasukan tambahan tersebut yang berasal dari Jawa Timur dan Makassar. Karena tidak ada izin dari Mabes ABRI maka Prabowo mengeluarkan uang pribadi untuk menyewa pesat dan mendatangkan bala tentara pasukan tambahan. Pasukan inilah yang dinilai Presiden BJ Habibie sebagai pasukan liar. Bahkan Prabowo Subianto dituding hendak melakukan kudeta.

Baca Juga: Wajah Sjafrie Sjamsoeddin Mejeng di Sudut-sudut Ibukota 

Baca Juga: Sandiaga Uno, dari Saudagar Bergerak Menuju Jakarta Satu 

Baca Juga: Memetakan Para Pemimpi Mimpin JakartaSatu di Pilkada 2017