Ferdinand Hutahaean

*MENEGUHKAN ARAH JUANG, MENEGAKKAN JATI DIRI BANGSA..!!*

Oleh  : Ferdinand Hutahaean

_”Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air didalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnja”_

Itulah sepotong kalimat pidato Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1945 sesaat sebelum membacakan Proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pesan pidato tersebut sangat jernih dan terang tanpa kalimat bersayap dan tidak diperlukan analisa bahasa untuk memahami maknanya. *Kita harus mengambil nasib bangsa ke dalam tangan sendiri* itulah pesan kuat dalam pidato kemerdekaan bangsa Indonesia yang diucapkan Bung Karno. Ada kesadaran penuh bahwa bangsa Indonesia harus diurus oleh bangsa Indonesia sendiri bukan oleh bangsa asing. Karena memang hakekat merdeka sesungguhnya adalah bebas dari pengaruh asing dalam bentuk apapun.

Bung Hatta Proklamator kemerdekaan dalam sebuah kesempatan juga menyatakan bahwa *Lebih baik bangsa Indonesia tenggelam kedasar laut daripada menjadi embel-embel bangsa lain*. Semangat yang sama dengan pidato Bung Karno yang intinya sama-sama menegaskan bahwa bangsa Indonesia merdeka adalah untuk mandiri dan bukan menjadi bagian atau sub ordinat bangsa asing. Itulah hakekat merdeka yang dipahami dan ditegaskan oleh Proklamator RI Soekarno Hatta.

Setelah 71 tahun Indonesia merdeka, semangat dan hakekat kemerdekaan itu kemudian menyimpang dan ditinggalkan begitu saja oleh para elit bangsa ini yang merasa dirinya lebih hebat dari proklamator bangsa dan para pendiri bangsa. Entah apa yang sudah dilakukan para yang mengklaim diri pahlawan reformasi itu untuk merubah konstitusi UUD 45 yang dihasilkan dari sebuah situasi yang tidak mudah. Para pendiri bangsa itu adalah sosok berintegritas yang ditempa situasi berat, penderitaan dan kecintaan kepada bangsa. Namun tiba-tiba semua itu tidak dihargai oleh sekelompok orang dan mengobrak abrik Indonesia dengan melahirkan konstitusi baru UUD Tahun 2002 yang kemudian menempatkan bangsa Indonesia jadi embel-embel bangsa asing.

Masuknya Archandra Tahar menjadi Menteri ESDM dan serbuan tenaga kerja Cina serta dominasi ekonomi bangsa Cina dan Amerika atas bangsa ini sekarang adalah fakta nyata bahwa Indonesia sudah tidak mengurus dirinya secara mandiri. Bangsa Indonesia sudah menjadi embel-embel bangsa asing. Artinya bahwa *Hakekat kemerdekaan yang ditegaskan Soekarno Hatta sudah tidak lagi menjadi hakekat kemerdekaan sesungguhnya*. Inilah ironi bangsa yang sesungguhnya. Kita tidak lagi menjadi bangsa merdeka.

Peringatan HUT KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA ke 71 yang akan diperingati besok 17 Agustus 2016 *harus dijadikan momentum meneguhkan arah juang. Kita harus kembali ke jalan revolusi karena revolusi belum selesai. Kita jadikan momentum menegakkan jati diri bangsa* _Kita minta Presiden menegaskan arah juang bangsa yang jelas, kembali ke UUD 45 untuk disempurnakan adalah salah satu cara kembali ke jati diri Indonesia yang merdeka dan bebas dari pengaruh asing_.

Teguhkan Trisakti, Berdaulat Mandiri dan Berkebudayaan adalah penegasan sikap bangsa Indonesia bukan bangsa embel-embel bangsa asing, tetapi Indonesia adalah bangsa yang didirikan leluhur dan negara besar yang punya tanah air bagi rakyatnya, bangsa yang dibangun leluhur dan bukan bangsa imigran. Kita mampu menjadi pusat peradaban dunia, kita mampu menjadi *pusat kehidupan manusia yang Berketuhanan, Berperi kemanusiaan yang beradab, bersatu, bermusyawarah dan gotong royong serta berkeadilan*. Itulah Indonesia sesungguhnya bukan Indonesia yang menghamba kepada kemauan asing

*DIRGAHAYU INDONESIA… AKU, KAMU, KITA ADALAH INDONESIA… PEMILIK NEGERI PUSAKA INI, KITA ADALAH TUAN DIRUMAH NUSANTARA INI, KIBARKAN MERAH PUTIH DIJIWAMU, TERBANG TINGGILAH GARUDA, KEPAKKAN SAYAPMU MELAMPAUI BANGSA – BANGSA DIDUNIA*

Jakarta, 16 Agustus 2016