*TEGAS BUKAN KASAR, LEMBUT BUKAN LEMAH*

Oleh   Anoman Obong

Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia adalah sejatinya miniatur Indonesia. *Jakarta adalah lukisan tak bersuara Indonesia sesungguhnya*. Ketika bangsa asing melihat Jakarta, maka itulah Indonesia dengan segala keragamannya, ragam Agama, ragam Suku, ragam bahasa dan ragam budaya, *tapi sejatinya ada satu yang sama dari semua keragaman itu, ialah kesantunan sebagai bangsa berbudaya timur*. Inilah mutiara Indonesia, santun, ramah, dan lembut.

Dari sejak 1945 hingga 2016, Jakarta tercatat sudah memiliki 16 orang Gubernur dari yang pertama pak Soewirjo hingga sekarang dipimpin oleh Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang menjadi Gubernur atas hibah jabatan dari Jokowi sejak November 2014.

Dari sederet nama yang pernah memimpin Jakarta, ada satu Gubernur yang sangat kontroversial, sangat tidak Pancasilais dan menjadi bibit kericuhan sosial. Dialah Ahok sang Gubernur yang menjabat karena dapat hibah jabatan dari Jokowi dan bukan karena pilihan rakyat. *Ahok telah menjadi pembenaran bagi beberapa orang tentang perilaku kasar*.

Ahok juga menjadi pujaan bagi beberapa pihak yang sesungguhnya tidak mengenal Ahok secara benar. Andai para pemuja Ahok melihat fakta bahwa *Jakarta per Data Laporan Pemerintah Pusat (butir 1-8) sebagai berikut : Pertumbuhan Ekonomi turun 0.16%, Inflasi naik 0.95%, Gini Ratio naik 7.20%, Penduduk Miskin naik 3.72%, Akuntabilitas Pemda hanya 58.57%, berada diperingkat ke 18 dari 34 propinsi, Realisasi Pendapatan Daerah cuma 66.8% urutan terbawah dari seluruh propinsi, Penyerapan APBD terburuk se Indonesia hanya 59.32%, Peningkatan Index Pembangunan Manusia hanya 0.31 nomor 1 dari bawah dari 34 propinsi se Indonesia dan Pembinaan Kemasyarakatan Ibukota yang secara kualitatif dirasakan masih belum optimal*, maka sesungguhnya Ahok Gagal Total dan cuma menipu publik dengan marah-marahnya dan bahasa kasarnya seolah jujur, seolah tegas, seolah bersih padahal sesungguhnya tidak.

2017 kita harus bersyukur karena kontestasi Pilkada DKI Jakarta akan membawa harapan munculnya Gubernur baru yang bukan Ahok.

*Tegas bukan kasar, lembut bukan lemah, begitulah sepenggal kalimat dari Agus Harimurti Yudhoyono pada saat menjabat Komandan Batalyon Arya Kemuning*, dan kini Agus HY adalah calon Gubernur DKI Jakarta. Kalimat itu menunjukkan contrasting Ahok dengan Agus. *Agus datang dengan pengabdian baru dan rela berkorban meninggalkan zona nyaman sebagai perwira TNI karena panggilan luhur menyelamatkan Jakarta, mengembalikan Jakarta sebagai milik rakyat, memimpin Jakarta dengan budaya bangsa Indonesia, dan ini bukanlah hal mudah, namun bagi seorang prajurit pejuang maka Agus HY keluar dari zona nyaman dan turun berjuang mengembalikan kedaulatan rakyat*.

Tegas bukan kasar, lembut bukan lemah. Begitulah seharusnya memenangkan hati rakyat bukan sekedar memenangkan kontestasi apalagi menghalalkan segala cara. *Agus HY adalah bukan sekedar antitesa, tapi Agus adalah sintesa dari segala kondisi kebutuhan sosok pemimpin Jakarta. Agus HY tidak sekedar santun, tapi juga Pancasilais, Jujur, Cerdas, Tegas, Beradab dan Bermartabat*

Jakarta, 04 Oktober 2016