JAKARTASATU – Colorful Indonesia merupakan tema yang diangkat oleh pemerintah jepang dalam merayakan “Crosscut Asia: Colorful Indonesia” dalam Tokyo International Film Festival (TIFF) 2016. “Festival ini diadakan setiap tahun pada bulan Oktober dan ini sudah yang ke 29 kalinya dan sudah diselenggarakan sejak tahun 1985.” ujar Tsukamoto Norihisa, Director General, Japan Foundation pada acara press conference (18/10) di Jakarta.
Sebanyak sepuluh film Indonesia, akan digelar pada tanggal 25 Oktober – 3 November mendatang di kawasan Roppongi Hils dan berbagai pusat keramaian lainnya di seputaran Tokyo, Japan. Sepuluh film Indonesia yang masuk nominasi dalam ajang festifavl film Asia di Jepang itu adalah Film-film karya dan garapan dari sutradara : Riri Riza dengan filmnya berjudul Emma (Mother), Teddy Soeriaatmadja dengan fimnya Lovely Man, Something in The Way, About A Women, Ifa Isfansya dengan filmnya Catatan Dodol Calon Dokter, Angga Dwimas Sasengko dalam filmnya Filosofi Kopi, Mouly Surya dalan filmnya Fiksi, Nia Dinata dengan filmnya Ini Kisah Tiga Dara, Edwin dengan filmnya Someone’s Wife in The Boat of Someone’s Husband, Kamila Andini dalam filmnya Following Diana dan Usmar Ismail After the Curfew.
Semua sutradara itu nanti akan bertolak ke Jepang untuk menghadiri, berdiskusi dan memberikan workshop di acara tersebut. Tentunya sudah menjadi hak panitia dan kurasi penilaian untuk terpilih dalam festival film bergiengsi tersebut. Namun jika menilik dari proses pembuatannya banyak juga mendapat kendala dan kesulitanya. Seperti yang dikatakan Teddy, hal tersulit adalah saat melakukan riset.
“Riset itulah yang paling menantang, bagaimana mengumpulkan data-data yang akurat, menggali informasi dan lain sebagainya, seandainya kisah nyata harus bagaimana sesuai dengan aslinya dan sejarah. Apalagi di negara kita untuk kearsipan dan dokumentasi belum begitu popular,” ujar Teddy yang lahir di Tokyo, Japan 1975.
Menurut Ifa, sutradara asal Yogyakarta juga menuturkan, bahwa dalam membuat film itu bagaimana bisa menampilkan suatu yang natural dan menampilkan nilai kejujuran, terkait dengan filmnya yang bertajuk Catatan Dodol Calon dokter.
Sedangkan Riri berkomentar, “ Membuat film ada hal-hal yang kita yakini menjadi seorang pencerita terbaik, punya kerapatan terdekat dengan penonton. Disamping itu kalau kita berbicara pasar di Indonesia, industri perfilman di sini mengalami pasang dan surut. Di kita belum stabil keadaannya, ini yang membuat film Indonesia naik turun peminatnya.”
Senanda yang diuraikan Riri, Tsukamoto juga mengatakan, Di Jepang orang di sana suka sekali menonton fim Indonesia, meskipun akhir-akhir ini tampak sedikit pengunjungnya. Mungkin salah satu satu penyebabnya kurangnya informasi dan promosi. Sejalan itu juga Riri berharap, dengan adanya hal semacam ini , atau festival ini dapat menggairahka kembali animo masyarakat untuk bisa lebih menghargai dan mencintai, lalu mau menonton film film buatan negeri sendiri Indonesia tercinta. (SA)