CERITA SISA LAKON DRAMA PERLINDUNGAN TERHADAP AHOK
Oleh : Ferdinand Hutahaean
RUMAH AMANAH RAKYAT
Entah apa yang sedang terjadi dengan bangsa ini hingga semua logika menjadi terbalik. <b>Penjahat dilindungi, penegakan hukum dipermainkan, para pencari keadilan terintimidasi, para penegak akidah dituduh sebagai perusuh. Ini aneh, bangsa ini menjadi bangsa yang tidak lagi dapat diikuti dengan logika normal dan logika waras.
Entah apa yang akan terjadi dengan bangsa ini kedepan hanya Tuhan yang tahu. Namun sebagai manusia yang dianugerahi pikiran untuk berpikir tentu kita layak menggunakan pikiran kita untuk menganalisis situasi dan memprediksi apa yang akan terjadi kedepan. Hukum sebab akibat tentu berlaku. Ada akibat yang timbul karena ada sebab dan demikian juga tentang hukum aksi dan reaksi. Karena ada aksi maka tentu ada reaksi. Hukum alam yang pasti terjadi.
Demikian jugalah aksi yang dilakukan oleh Ahok atas dugaan penistaan terhadap agama Islam yang terjadi September lalu di kepulauan seribu. Dan atas aksi bodoh tersebut maka umat Islam memberikan reaksi bahwa Ahok harus diproses secara hukum. Dan sesungguhnya Ahok tentu harus memilih diproses hukum positif yang berlaku daripada kemudian umat Islam menghukum Ahok dengan cara hukum Islam. Tidak ada pilihan lain bagi Ahok kecuali menerima kesalahan dan mengikuti proses hukum.
Lelakon drama yang tidak lucu justru terjadi dalam beberapa hari terakhir. Para penguasa (saya tidak ingin menyebutnya pemimpin) berlomba lomba maju kebarisan paling depan untuk menyelamatkan Ahok. Presiden bahkan mendadak mengunjungi Prabowo di Hambalang meski tidak jelas misi dan hasil pertemuan itu untuk apa. Yang tersirat dan tersisa adalah Presiden Jokowi sedang galau karena Ahok, hingga kemudian menunggang kuda putih di Hambalang. Putih itu pertanda menyerah, mungkinkah Jokowi akan menyerah?
Publik disuguhi tontonan menyebalkan atas pertemuan Jokowi dan Prabowo. Sementara Anis dan Sandi mendapat ekses negatif publik sebagai Cagub Cawagub yang didukung Prabowo. Apa hasil dan mamfaat positif pertemuan itu tidak terlihat sama sekali.
Selepas pertemuan Hambalang tersebut, sorenya mendadak beredar undangan silaturahmi Istana kepada PBNU, MUI dan MUHAMMADYAH. Silaturahmi yang mendadak sebagai reaksi Istana atas aksi umat Islam yang memberikan reaksi atas aksi Ahok yang diduga menistakan ajaran Islam. Aksi konyol Ahok telah bermuara kepada Istana yang selama ini sangat terkesan membela Ahok dengan segalah masalahnya.
Pertanyaan tersisa dari lelakon drama penyelamatan Ahok ini adalah terkait dengan sikap Presiden. Mengapa presiden bersusah payah meredam rencana aksi umat Islam tanggal 4 Nopember nanti? Bukankah dengan begitu merupakan bentuk nyata perlindungan presiden kepada Ahok? Bukankah langkah itu bentuk keberpihakan presiden kepada Ahok? Bukankan tindakan itu wujud nyata upaya intervensi hukum dari Presiden? Siapa Ahok dinegara ini hingga Presiden harus bersusah payah seperti sekarang untuk selamatkan Ahok?
Penegakan hukum tidak lagi dijadikan jalan utama. Rejim ini justru menekan masyarakat yang meminta penegakan hukum dilakukan memenuhi rasa keadilan masyarakat. Reaksi dan aksi Presiden Jokowi sangat salah dan tidak tepat. Reaksi dan aksi seharusnya memerintahkan penegakan hukum terhadap Ahok dan jika terbukti tidak salah maka namanya harus dipulihkan. Bukan malah berupaya mengabaikan penegakan hukum dan malah memberikan ruang opini ditengah publik bahwa Ahok adalah putera mahkota yang harus dilindungi baik salah maupun benar.
Sebaiknya publik maupun para tokoh masyarakat agar terus memberikan tekanan kepada rejim ini untuk segera memproses penegakan hukum terhadap Ahok. Jika memang sikap presiden malah memilih berhadap hadapan dengan masyarakat dan tetap berupaya lindungi Ahok, biarlah waktu yang akan menjawab dan memberikan reaksi atas sikap tersebut.
Semoga bangsa Indonesia dilindungi dan dibebaskan dari para penguasa yang jahat.