A Hok Harus Di Adili
Agar jadi Pemblajaran Pemimpin

Setelah demo 411 “damai”kemarin apakah semua jadi reda,? Ternyata tidak ,justru mendorong sentimen baru dan mengaduk aduk perasaan rakyat. Karena munculnya berita berita yang simpang siur,ini seolah olah justru di kemas,untuk menutup berita berita kegagalan pemerintah pusat. Tax amnestiy yang tidak jluntrung, kasus freport yang tidak jelas ditambah dengan pembagian ladang ladang minyak dan tambang baru yang tidak mengenakan di lihat dilembar sejarah pemerintah jokowi. Ini semua berpotensi kuat untuk di jadikan amunisi politik.

Oleh sebab itu a hok harus diadili dengan pranatan pengadilan yang jujur dan tidak pilih kasih. Hukum harus di tegakan , kepada siapa saja. Jangan tumpul ke kanthong tebal.. eh ..ke atas tetapi tajam ke bawah.

Tetapi setelah diadili, dengan benar dan obyektif, apapaun hasilnya, jangan di cari cari kesalahan lagi. A hok sudah gagal . Dia menjadi pemimpin yang tidak dapat mengayomi semua pihak. Dalam islam laqod kana lakum fi Rosulillahi uswah hasanah. Tidak hanya berucap yang baik,tetapi juga berbuat dengan cara cara baik. Fathonah dalam bertabligh, cerdas dalam menyampaikan program,tidak grusak grusuk. Jadi , A Hok .. ,jangankan menentramkan ,dia malah menjadi biang keonaran.

Tetapi sekali lagi setelah A Hok di adili dengan berbagai prediksi hasilnya kaya apa, jangan di gunakan sebagai batu pijakan bagi kelompok tertentu untuk makar. Bukan paranoid, tetapi di tataran tertentu, terlihat ada gerakan memanfaatkan pembelaan jujur atas kitab sucinya yang dihormati ,di gunakan untuk main main a Hok ini, untuk menggulingkan pemerintah yang sah. Langkah ini jelas nggak bener.

Pelajaran Mahal
Demo kemarin itu jadi pelajaran mahal bangsa ini, untuk kembali menata diri, menyatukan langkah visi kebangsaan yang retak dan rongeh ke possisi yang proposional sesuai porsinya.

Soal pemanfaatan momentum Pilkada, baik pendukung Ahok ,Sandiaga uno Atau Ahy. atau siapapun silahkan menggunakan momentum dan cara apapun unyuk menang. Tetapi ingatlah bahwa ; penggunaan Medsos yang melebihi porsi dan tidak terkontrol seperti sekarang ini,hanya akan menipu hati dan niat baik rakyat saja.
Rakyat di ombang ambingkan dengan tipu daya dan ketidak jujuran para calon pimpinan peserta Pilkadal. Semua pasangan me make up dan menutup kelemahan dengan keunggulan komparativ yang di lebih lebih kan, dan cenderung menuju maxchiavelis, menghalalkan segala cara.

Para team sukses Pilkadal menggunakan sarana media sosial dengan cara yang sangat buruk,sepanjang sejarah per pers an, apalagimkalau di ukur dengan kode etik jurnalistik, Pers perjuangan,atau Pers Pancasila. Mereka dengan enaknya Memlintir berita, memontage foto, memanipulasi info, dengan kalimat kalimat baru yang sangat bombastis,sehingga mengaduk aduk perasaan keagamaan bangsa.

Bagi saya silahkan berkampanye, tetapi gunakan format yang benar, jangan menyinggung ayat apalagi surat kitab suci yang dia sendiri ; jangankan faham,membaca saja tidak pernah, wong memang agamanya beda..

Sudah menjadi pemahaman bersama,bahwa yang namanya kitab suci itu sangat di sakralkan. Maka jangan di gunakan untuk meraih dan menolak jabatan dunia,yang hanya kelas Gubernur. Nah kalau jesakralan kitab suci itu, dengan entengnya di pakai main main, ini gak bisa dibenarkan akal sehat.

Pengutipan ngawur ( karena memang tidak faham) ,dengan maksud atau tidak bermaksud menghina,itu sudah gak benar,tidak etis dan melukai hati pengikut agama kitab suci tersebut. Apalagi dengan maksud menghina.

A hok tidak bisa menggunakan cara cara lama ,yang (maaf) sangat comberan mulutnya. Suka mempertontonkan makian dan suka membentak orang seenaknya di depan kamera, seolah olah dirinya tifak tersentuh” hukum manusia “. Dia men tempat kan diri sebagai dewa.

A Hok memang memiliki kinerja baik,dan tegas,serta punya potensi untuk maju di belakang hari, bahkan konon didukung oleh ekonomi yang raksasa, tetapi ingat ; Bangsa ini di tegakan di muka bumi , dengan kehormatan. Bukan dengan bayaran. Ahok bisa saja membayar centeng centheng swasta atau oknum TNI DAN Polri, tetapi sekali lagi A Hok tidak bisa membeli kehormatan dan nurani bangsa ini.

Demo kemarin itu disamping ada masa FPI juga masa rakyat biasa yang merasa hatinya terusik..ini yang berbahaya. Jangan karena pandai membaca keadaan, Muhammadiyah dan NU Dijadi bemper .janganlah itu
Kelompok A hok tahu bahwa NUdan Muhammadiyah tidak akan ikut demo yang merusak bangsanya atau memiliki potensi untuk diselewengkan sebagai jalan perebutan atau pendokelan pemerintah yang sah.

Maka jika ada upaya pelengseran Jokowi,atau kudeta, sesungguhnya di awali dari penjagaan mulut yang kurang pakem. Mulut mu harimau mu, ini tepat di renungkan oleh A Hok dan kita semua. Bahwa seorang pemimpin bukan hanya bisa bekerja seperti pemborong bangunan,tetapi dia harus mengemas dengan estitika yang sedap di pandang,enak dirasakan,dan menentramkan hati rakyat nya. Ahok engkau masih muda,masih ada waktu bagi aHok ahok lain untuk belajar menjadi pemimpin di bumi Nusantara ini. Sekali lagi ini Nusantara bung, bukan Singapura…….

Sengaja saya kutipkan dari tulisan saya di fb, agar para santri faham posisi persoalan yang sesungguhnya,dengan demikian kita tahu pokok persoalan,tidak bias kemana mana,jadi ahli tafsir semua..ngaji enggak kok nafsiri.( Gna/ Gus Nuril Arifin)