Hendrajit Direktur Eksekutif Global Future Institute/ist
Ring Satu Jokowi: Pramono Anung, Pratikno, Johan Budi. Posisi resminya: Sekretaris Kabinet, Mensesneg,Juru Bicara Presiden.

Ring Dua: Luhut Panjaitan dan Kantor Staf Kepresidenan pimpinan Teten Masduki.

Yang bertindak sebagai pemain penghubung antara Ring Satu dan Ring 2 adalah Anggit Nugroho, Sekretaris pribadi presiden. Sosok ini bisa saja digantikan yang lain, tapi pastinya peran yang dimainkan tidak berubah. Sebagai pemain penghubung dan arranger.

Ring Satu Jusuf Kalla: Beberapa pejabat terpercaya di lingkungan Kantor Seswapres dan beberapa staf khusus yang dikoordinir oleh Sofyan Wanandi, pendiri CSIS dan mantan aktivis 66 binaan Ali Murtopo dan Benny Murdani.

Pemain penghubung ring satu Jusuf Kalla dengan ring satu Jokowi tentunya adalah Luhut Panjaitan dengan dukungan sepenuhnya dari beberapa staf kunci dari Kantor Staf Kepresidenan.

Dah, jelas ya sampai di sini. Tentunya sudah bisa kita bayangkan betapa rumitnya pola komunikasi dan jalur komunikasi yang tumpang-tindih ketika terjadi 411. Karena ring satu Jokowi dan ring satu JK sama sama punya komunitas intelijen yang memberi informasi yang outputnya berbeda beda dan bahkan saling bertentangan.

Yang satu bilang, “beres bos,aman. Silahkan saja ke Istiqlal atau keluar istana,temui massa aksi damai. Nggak apa apa kok” Yang satunya lagi bilang, “wah beres apanya nih bos, bahaya ini. Demi ini dan itu, ada baiknya bapak presiden untuk sementara menjauh dulu dari istana.”

Dari kerangka yang saya gambarkan tadi melalui sketsa ring satu dan ring dua presiden dan wakil presiden, sudah kebayang kan kementerian atau instansi pemerintahan mana saja yang lebih condong ke ring satu Jokowi dan mana yang lebih condong ke ring satu JK. Kalau saya sebut kementerian, tentunya termasuk juga institutusi TNI dan Polri yang notabene setingkat menteri.

Untuk selebihnya,silahkan dianalisis sendiri. Buat saya ini penting, bukan tidak mungkin untuk ke depannya, bukan saja dalam kasus Ahok, sketsa yang saya gambarkan ini patut diduga masih tetap sama. | Dari FB Hendrajit , Direktur Eksekutif Global Future Institute