AHY/ist

MEMBALUT LUKA HATI WARGA JAKARTA

Oleh  Ferdinand Hutahaean

Jangan katakan saya orang Indonesia, sedangkan kamu tidak bisa berbaur bersama semua kalangan rakyat”

Sebait pendek kalimat diatas saya kutip dari pernyataan Calon Gubernur DKI Jakarta Nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono. Menarik kalimat tersebut untuk ditelaah karena mengandung muatan jiwa merakyat, dekat dengan semua kalangan, tidak ada batas antara rakyat dengan pemimpinnya, dan paling besar adalah tersirat jiwa melindungi dari seorang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Tipikal pemimpin yang menjadi sahabat rakyat dan bukan pura-pura merakyat.

Jangan Katakan Saya Orang Indonesia

Kalimat ini sungguh menjadi tamparan bagi banyak pihak yang merasa dirinya pemimpin, merasa dirinya terpelajar, merasa dirinya pembela kebinekaan, tapi justru tidak bisa hidup berbaur dengan semua kalangan. Bila kita melihat dengan seksama, justru banyak kaum intelektual berkolaborasi dengan kaum kaya pemilik modal di Jakarta yang justru bercita-cita menata kota dengan memarginalkan sebagian kalangan. Disisi lain, mereka membangun dan menciptakan sebuah daerah yang akan diperuntukkan hanya untuk kalangan mampu saja.

Kolaborasi intelektual dengan kalangan kaya pemilik modal menjadi hantu menakutkan bagi kenyamanan kehidupan yang ber Pancasila. Menjadi ancaman bagi budaya asli Indonesia yang hidup membaur dengan berbagai macam budaya, suku dan agama.

Saya, dan siapapun di muka bumi Indonesia ini tidak layak menyebut diri sebagai orang Indonesia jika ternyata tidak mampu dan tidak mau hidup membaur bersama seluruh kalangan masyarakat. Yang dimaksud semua kalangan masyarakat adalah masyarakat dari paling miskin hingga paling kaya, semua suku dan semua agama tanpa batas-batas tertentu. Melihat manusia sebagai manusia seutuhnya dan derajat yang sama dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.

AHY yang pernah dituding anak ingusan itu ternyata jauh lebih bijaksana dan jauh lebih memahami konsep Pancasila yang seutuhnya dibanding banyak pihak seperti kolaborasi terpelajar dan kaum pemilik modal itu.

Pernyataan AHY diatas menunjukkan bahwa yang bersangkutan memahami betul tentang Indonesia, dan memahami betul bagaimana membangun Jakarta tanpa harus menyakiti dan melukai rakyat, memahami betul bahwa intelektualisme bukan untuk memarginalkan kalangan tertentu, akan tetapi intelektualisme harus merangkul semua kalangan untuk maju bersama-sama secara bergandengan tangan.

Membalut Luka Hati Warga Jakarta

Warga Jakarta sudah terlalu banyak yang terluka hatinya dibawah pemerintahan daerah yang sedang berjalan sekarang. Banyak kalangan rakyat marginal tidak mendapat kenyamanan hidup dinegaranya, tidak dapat hidup sewajarnya sesuai Pancasila yang berkeadilan sosial. Atas nama penataan kota, rakyat dipaksa harus terluka. Padahal semestinya Jakarta itu untuk rakyat, untuk semua, bukan hanya untuk sebagian kalangan mampu.

Pilkada DKI Jakarta yang mengikuti kalender politik pilkada serentak pada bulan Februari 2017 mendatang adalah berkah demokrasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan sedang membuka pintu keluar bagi rakyat Jakarta yang tersakiti dan terluka. Tuhan sedang menitipkan pesan kepada seluruh rakyat Jakarta, bahwa Pilkada DKI Jakarta adalah pilkada yang dimajukan dari kalender pilkada biasanya. Ini adalah hikmah besar pilkada serentak yang tidak terjadi begitu saja. Ini adalah rencana Tuhan Yang Maha Esa untuk segera mengeluarkan Jakarta dari kerusakan dan penindasan atas nama penataan kota.

Tidak ada yang menduga bahwa Agus Harimurti Yudhoyono akan menjadi salah satu peserta pilkada ini. Tapi Tuhan sedang merajut rencanya, mempercepat Pilkada DKI dan menetapkan Agus HY sebagai salah satu peserta calon Gubernur. Pintu keluar sedang dibuka oleh Tuhan, Agus Harimurti Yudhoyono hadir untuk membalut luka hati warga Jakarta. Inilah pesan yang harus dibaca oleh rakyat Jakarta, pintu keluar kekacauan Jakarta sudah dibuka, mari keluar dari kerumitan kekacauan Jakarta bersama-sama membalut luka hati rakyat Jakarta, karena Jakarta memang untuk rakyat.

Jakarta, 13 Desember 2016