Logo IPPNU (Net)

Jakartasatu.com – Belum lama ini sejumlah aktivis PP IPPNU bertandang ke negeri sakura. Tiga orang perempuan perwakilan IPPNU yaitu Ana Sabhana Azmy, Alfina Rahil Ashidiqi dan Eva Rosviana Dewi bertandang ke Jepang dalam acara pemahaman dan pertukaran budaya aktivitas masyarakat Jepang untuk pemuda dan pelajar Muslim/ atau disebut joga dengan program Jenesys.

Tujuan dari program tersebut adalah untuk memahami kebudayaan Jepang kemudian tukar ide dan saling memahami antara kebudayaan Jepang dan Indonesia. Dan yang terakhir adalah menjalin persahabatan antara kedua negara.

Indonesia sendiri menjadi negara yang begitu menarik. Mengapa demikian? Sebab sebagian besar penduduknya adalah beragama Islam. Agama Islam ini dalam beberapa dekade terakhir ini kerap dipersipsikan sebagai agama yang membawa teror dan begitu menakutkan. Munculnya persepsi tersebut tidak terlepas dari berbagai aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama Islam. Sehingga kesan yang muncul adalah Islam agama yang sangar, penuh kekerasan dan intoleran.

Dalam kondisi yang demikian itulah, ketiga aktivis PP IPPNU mencoba membeberkan islam yang ada di Indonesia. Alfina Rahil Ashidiqi salah seorang peserta yang hadir dalam pertemuan tersebut menjelaskan bahwa Islam di Indonesia adalah agama yang membawa perdamaian. Islam di Indonesia sendiri memiliki ciri khas yang begitu berbeda dengan negara-negara di dunia lain.

Jikalau terjadi aksi kekerasan yang terjadi di Indonesia, jumlahnya amat sedikit. Dan tidak bisa serta merta digeneralisasi bahwa semua penganut agama Islam di Indonesia bersikap demikian.

“Islam Indonesia membawa perdamaian dan peradaban,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Kamis 19 Januari 2017.

Vina melanjutkan, Indonesia sendiri adalah negara yang heterogen. Dimana penduduknya satu sama lain saling menghormati, termasuk di dalamnya dalam urusan agama. Memang benar, dalam pemahaman beragama tidaklah tunggal. Ada banyak penafsiran di dalamnya. Meski berbeda penafsiran dalam memandang agama Islam, namun kehidupan beragama di tanah air berjalan dengan kondusif.

Di bagian lain, ia juga menjelaskan mengenai fungsi kerudung. Penjelasan tersebut adalah jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh keluarga Ibu Angkat di Hakuba Prevektur Nagano. Bagi kami,sambung Vina kerudung yang dikenakan adalah tidak lain dari kewajiban menjalankan perintah dalam agama Islam.

Bentuknya juga variatif. Kerudung bisa dikenakan dengan model segitiga, di lipat segi panjang atau dalam bentuk lain atau model lain yang sesuai dengan selera. Dengan catatan sesuai dengan ketentuan dan tuntutan dalam agama Islam.

Pembicaraan mengenai kerudung ini berjalan dengan lancar dan gayeng. Banyak sekali pertanyaan yang keluar dari peserta diskusi asal Jepang. Dan para peserta diskusi dari Jepang amat menghormati agama dan adat istiadat di Indonesia.

“Dan inilah salah satu bentuk toleransi dalam budaya dan agama yang menyatukan perbedaan dan melahirkan tali persaudaraan,” demikian Vina. (Bhd)