TNI BUNGKAM, ISTANA STIGMAKAN SBY DOYAN CURHAT dan PROVOKATOR!

0LEH Faizal Assegaf (Ketua Progres 98)

Kini bukan era kehebatan ABRI seperti di masa Orde Baru, dimana para Jenderal TNI terposisi berwibawa dan punya pengaruh. Masa keemasan itu telah berlalu!

Suka atau tidak, PDIP yang memiliki kerjasama strategis dengan Partai Komunis Cina telah bangkit berkuasa. Seiring dengan munculnya laten PKI yang makin mencemaskan.

Sejak Jokowi tampil sebagai petugas partai, eksisten TNI dan umat Islam kian meredup. Bahkan ulama dikriminalisasi, para tokoh ultra nasionalis ditangkap dan sejumlah Jenderal TNI senior yang anti PKI disikat.

Istana lebih mengandalkan Polri sebagai alat penjaga kekuasaan yang bertindak semaunya. Berani melawan di “dor”, dijadikan tersangka dan digiring ke penjara.

Hegemoni Polri menjadi perkasa dan bertindak tanpa perlu restu dari Istana. Seolah Jokowi telah berkantor di Mabes Polri, sehingga insitusi itu bebas menghardik nurani rakyat.

Walhasil, alat-alat penyadapan milik negara dicurigai menguping setiap aktifitas elite bangsa. Kebebasan berserikat dan berpendapat makin terbelenggu.

Polri, Istana, PDIP dan jaringan pers yang pro cukong bersatu serta super sibuk memberangus protes rakyat dan ulama. Situasi lebih tragis dari kebangkitan PKI tahun 1965.

Aneka berita direkayasa untuk mencari kesalahan lawan politik. Sebaliknya kejahatan oknum penista agama alias Ahok dilindungi. Arogansi culas itu kian menyiram luka di hati umat Islam.

Rakyat bersuara meminta bantuan TNI dan para elite bangsa, tak digubris. Sekaliber mantan Presiden SBY yang santun memohon keadilan pun distigmakan doyan curhat, koruptor kakak dan provokator.

Lantas kepada siapa rakyat berlindung, mendapatkan rasa aman, keadilan dan kebenaran?

Situasi makin mengkhawatirkan. Wajar bila ulama dan umat Islam bangkit melakukan perlawanan. Seruan aksi 112 (11 Feb) kian bergema menuju gelombang people power.

Ironinya, SBY, Prabowo Subianto dan elite Parpol lainnya masih terjebak menanti undangan makan siang di Istana. Tersandera oleh rasa ketakutan yang luar biasa dihadapan kesombongan petugas partai!

Bila saja SBY, TNI dan elite bangsa punya nurani maka mereka melebur bersama rakyat untuk selamatkan NKRI. Sikap tulus itu kian dinantikan.

Toh selama ini rakyat, TNI, ulama dan berbagai elite bangsa telah berupaya mendukung penguasa. Tapi faktanya justru Istana tampak makin angkuh dan bertindak semena-mena.

Silakan SBY dan elite Parpol menanti undang makan siang di Istana dan berkompromi demi mencampakkan nurani rakyat. Tapi jangan kecewa bila hasilnya menjadi korban politik kelicikan petugas partai!

***