REJIM PESURUH KEHENDAK TERDAKWA

Oleh Ferdinand Hutahaean

Saya tidak pernah membayangkan dan tidak pernah menduga sama sekali kalau bangsa besar ini kemudian dipimpin dengan cara-cara tidak bermartabat dan tidak punya kehormatan sama sekali. Bagi saya, bangsa ini dibuat terlalu hina justru oleh rejim penguasa yang kerjanya hanya sibuk mempertahankan kekuasaan yang rapuh dan konyolnya bernafsu memperpanjang kekuasaan yang sudah ditepi jurang dan menuju jatuh.

Ketidak kemampuan untuk memimpin negeri sebesar Indonesia akhirnya memaksa rejim berkuasa mencari pembenaran atas kerusakan bangsa yang terjadi. Setiap hari kita menyaksikan negeri yang gaduh mulai dari internal kabinet sendiri hingga situasi ditengah publik yang tidak kunjung tenang. Kegagalan kepemimpinan adalah sumber dari kegaduhan ini dan kelemahan kepemimpinan tidak mampu menyelesaikan masalah secar tepat dan benar.

Menyalahkan masa lalu menjadi gaya kepemimpinan yang dipertontonkan rejim berkuasa ini. Mereka lupa bahwa 2014 lalu mereka dipilih bukan untuk menyalahkan masa lalu tapi untuk berbuat lebih baik dari masa lalu, meningkatkan kesejahteran rakyat lebih sejahtera dari masa lalu. Justru ironi yang terjadi, kerjanya cuma menyalahkan masa lalu untuk menutupi kegagalan dan justru kesejahteraan rakyat malah menurun. Konyolnya, mereka tidak berani menyalahkan era masa lalu Megawati yang menjual Indosat, menjual tanker pertamina dan memberikan pengampunan kepada para rampok BLBI.

Peristiwa kemarin di Mega Kuningan dimana sekelempok orang yang mengaku mahasiswa dengan bodohnya disetir dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang terafiliasi dengan rejim penguasa. Setelah dicekoki dengan rekayasa informasi yang penuh kepalsuan di Cibubur yang dihadiri oleh Kepala Staff Kantor Presiden Teten Masduki dan Fadjroel Rahman Komisaris Utama PT Persero Adi Karya sebagaimana foto-foto yang beredar dimedia sosial, kemudian rombongan yang mengaku mahasiswa itu melakukan demo ke kediaman Presiden RI Ke 6 Soesilo Bambang Yudhoyono.

Benarkah mereka mahasiswa? Jika benar mahasiswa mengapa mereka sebodoh itu tidak mengerti dan tidak tahu tentang syarat penyampaian pendapat dimuka umum sebagaimana diatur UU? Ada UU penyampaian pendapat No 9 Tahun 1998 dan UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia yang ditabrak begitu saja.

Informasi tentang geruduk SBY itu sudah beredar sejak pertemuan di Cibubur tersebut. Pertanyaannya, apakah Teten Masduki dan Fadjroel Rachman tidak mengetahui informasi itu atau pura-pura tidak tahu tentang rencana itu? Atau kangan-jangan Teten dan Fadjreol malah yang menyuruh demo tersebut? Ini butuh klarifikasi. Jika sudah tahu, mengapa Teten dan Fadjroel tidak melarang upaya tersebut karena melanggar UU? Ataukah Teten dan Fadjroel sebagai pejabat negara tidak tahu tentang keberadaan UU No 9 tahun 1998 dan UU No 39 tahun 199? Kasihan bangsa ini diurus oleh pejabat yang tidak tahu aturan.

Saya masih bertanya, mengapa demo ini ditujukan kekediaman SBY? Tampaknya semua ini tidak lepas dari kepentingan politik agenda Pilkada Gubernur Jakarta yang semakin panas. Ketakutan rejim penguasa kepada kekuatan politik SBY dalam Pilkada Gubernur Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 nanti tampaknya menjadi alasan rasional serangan brutal kepada SBY tersebut saat ini. Tidak ada alasan lain yang bisa diterima akal sehat. Sehingga kegagalan Rejim Jokowi dan Rejim Ahok harus dipindahkan ke SBY dengan harapan publik akan melihat SBY sebagai penyebab kegaduhan bangsa. Sungguh sebuah brutalisme politik yang dilakukan rejim kepada masyarakatnya.

Saya pribadi sangat sedih ketika akhirnya harus menyimpulkan bahwa rejim ini sedang bertugas dan bekerja melakukan kehendak terdakwa penodaan agama demi kepentingan politik. Semoga rakyat semakin sadar bahwa rejim Jokowi dan rejim Ahok memang hanya sedang bekerja untuk kekuasaannya dan mengabaikan nasib bangsa yang terancam pecah.

Jakarta, 07 Pebruari 2017