OLEH HENDRAJIT
Kenapa Jakarta Utara dan Barat yang jadi basis pendukung Ahok suaranya bisa beralih cukup fantastis ke Anies-Sandi? Jawabannya : Peran Boy Sadikin.
Boy Sadikin, mengundurkan diri dari PDIP sebenarnya ada pertimbangan yang cukup ideologis. Sebagai Ketua DPD PDIP Jakarta dia menentang kebijakan Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi yang pro Ahok mendukung Reklamasi Jakarta.
Maka ketika dia mundur, setidaknya ada tiga DPC PDIP DKI yang tetap setia dan solid kepada Boy. Celakanya, tiga DPC itu adaah dari Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu.
Tiga wilayah yang justru jadi basis pendukung Ahok.
Tanpa mengurangi sarana sarana dukungan lain kepada Anies-Sandi, faktor Boy Sadikin pastilah ikut menentukan kemenangan Anies-Sandi di tiga wilayah Jakarta itu. Padahal semula timses Anies rada ketar ketir juga bisa nggak meraup sura di daerah yang jelas jelas basisnya Ahok.
Menyimak cerita tadi, saya jadi teringat Kisah Perang Bharataydha dalam kitab Mahabarata.
Waktu itu, ketika perang Pandawa dan Kurawa tak bisa dihidarkan lagi, Basudewa Kresna, sepupu Pandawa maupun Kurawa, jadi sasaran perebutan untuk diseret menjadi sekutu dari salah satu kubu.
Kresna, yang sejatinya selain ahli strategi perang, juga punya pengetahuan spiritual yang cukup tinggi, merasa harus adil kepada kedua pihak. Meskipun secara batiniah dia lebih memihak Pandawa. Maka dia mengajukan dua pilihan kepada kedua kubu yang siap perang itu. Pilih salah satu, dirinya atau bala tentaranya.
Karena Kresna tahu karakteristik kedua kubu itu, maka dia sengaja meminta Kurawa dulu untuk memilih. kurawa karena kecederungannya yang besar egonya dan mengukur segala sesuatu dari segi fisik, mereka memilih Bala Tentaranya Kresna.
Diam diam, Kresna senang dan senyum senyum saja, karena dari pilihannya, takdir akhir perang sudah bisa ditebak sebenarnya. Karena Pandawa, terkesan gak punya pilihan lain kecuali memilih diri kresna, karena bala tentaranya sudah diambil Kurawa.
Padahal justru faktor Kresna lah yang jadi punci kemenangan Pandawa kelak. Karena dalam diri Kresna, Pandawa punya ahli strategi dan siasat perang. Sekaligus pandai membaca karakter dna kecenderungan pihak lawan. Termasuk tentunya dalam membaca fitik lemah lawan baik secara ketentaraan maupun secara psikologis.
Kalau menelisik riwayat awal, Gerindra kan sebenarnya waktu berharap dapat dukungan PDIP, dengan kesepakatan, Sandi jadi wagub dari calon gubernur yang dijagokan PDIP, tapi bukan Ahok.
Tapi PDIP tetap bersikukuh mendukung Ahok, yang kemudian menciptakan konstalasi baru. ANies Baswedan masuk arena, bersekutu dengna Sandi dan Gerindra. Sedangkan Boy Sadikin mundur dari PDIP, dan bergabung dalam timses Anies-Sandi.
Persis kayak kisah Bharataydha. Anies-Sandi yang didukung Gerindra dan PKIS, gagal dapat dukungan dari PDIP. Tapi dapat dukungan dari Boy Sadikin.
Gagal didukung oleh PDIP yang ibaratnya adalah Bala Tentara Kresna, eh malah didukung diri Kresna. Dan diri Kresna itulah yang ikut andil kemenangan Anies-Sandi.