OLEH Hendrajit
Menagih janji, berarti mengandaikan setuju pada kebijakan dan program yang diajukan seorang calon presiden, calon gubernur atau calon bupati. Makanya si calon itu didukung. Dan ketika sudah menang dan jadi pejabat, para pendukungnya bukan saja menagih janji, tapi mengawalnya beramai ramai agar kebijakan dan programnya itu bisa terwujud.
Tapi ketika pesaing calon dan para pendukungnya menagih janji pada calon yang tidak didukungnya, sebenarnya ini aneh. Karena seorang calon pesaing dan para pendukungnya, dia punya garis kebijakan dan program yang berbeda dengan si calon pesaingnya itu. Makanya dua kebijakan dan program yang berbeda itulah yang diperdebatkan di depan publik, untuk diuji mana yang lebih baik.
Makanya jadi aneh ketika calon pesaing berikut para pendukungnya, menagih janji pada calon pesaing. Sebab kan kedua calon yang bersaing itu beda priroitasnya, beda kebijakannnya dan beda pula programnya. Jadi ngapain menagih janji kepada calon pesaing yang beda secara ideoloigis, kebijakan dan programnya.
Menagih janji itu datangnya harus dari para pendukung dan pemilihnya itu sendiri.
Kalau saya anti kapitalis, dan pro kebijakan yang bersendikan sosialisme kerakyatan, masak iya saya menagih janji pada calon yang ideologinya kapitalis dan kebijakannya memihak orang-orang kaya. Dan mengorbankan rakyat kecil.
Ketika saya mendukung seorang calon yang saya yakini dia pro sosialisme kerakyatan, dan menjanjikan program yang didasari kebijakan pro sosialisme kerakyatan, wajar kalau saya menagih janji. Karena dasarnya saya menagih itu, karena saya satu ideologi sama si calon yang saya dukung, satu haluan dalam memihak sosialisme kerakyatan, dan anti kapitalisme dan monopoli. ***