JAKARTASATU– Kebencian terhadap tokoh atau acara Islam saat ini mulai terlihat? Kondisi umat Islam dan agamanya juga nampak dianggap musuh oleh segelintir pemuja ajaran komunis? Jika pertanyaan itu dibenarkan, maka tidaklah salah umat Islam melakukan perlawanan.
“Saat saya ada acara di Pulau Seribu, itu ada konflik. Padahal saya sudah terlebih dahulu miliki acara itu, tepatnya tanggal 13. Dan ‘pemicu’ itu ada acara tanggal 10.
Namun justru acara tanggal 10 itu, tidak ada hujan diamprok sama di tanggal 13. Apa karena duit sehingga polisi mengawalnya? Seharusnya mereka juga acaranya di Pulau Kelapa, tanggal 10. Eh, tiba-tiba dibatalkan,” cerita ustadz Alfian Tanjung, saat mengisi acara ‘Merajut Kembali Bhineka paska Pilkada DKI’, Jum’at, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Akan tetapi, Alfian yang menyaksikan itu tidak menggubris. “Saya katakan jalan terus,” sambungnya singkat.
Baginya, situasi atau konflik tersebut terjadi karena ada yang menginginkannya. Perbedaan nampak mereka tidak terima.
“Bisa jadi mereka banyakuang. Konflik terjadi pun menurut saya karena diamprok-amprokoleh orang yang tidak ingin menjaga harmonisasi perbedaan. Beda, ya mesti beda.
Mereka ingin bhineka tidak seperti itu. Main tuding, ini Pancasilais. Ini tidak Bhineka,” tutupnya. | RI/JKST