JAKARTASATU – Pendiri Museum Rekor Indonesia (MURI), dan juga ketua Pusat Studi Kelirumologi Jaya Suprana, menjadi salah satu narasumber di acara TV One pagi ini (7/5). Ada yang menarik dari pernyataannya.
“Negara kita sedang dalam keadaan ‘dituduh memecah belah diri sendiri,” ujar Jaya Suprana.
Terkait tema besar Parade Bunga yang dikirim ke balai Kota dan juga mases Polri yang mana TVOne menanggapnya mengahadirkan dua sumber lainnya yaitu Kadiv HUmas Mabes Polri dan pengamat Komunikasi Politik Effendi Gozali.
“Mengirim bunga untuk mengungkapkan PERASAAN DIRI SENDIRI sebaiknya juga memikirkan PERASAAN PIHAK LAIN yang tidak ikut /tidak dapat ikut dalam arus itu,” ujar Jaya Suprana yang dikenal juga sebagai pengusaha Jamu Jago.
Jaya melihat bahwa saat ini perlu tepo saliro. “Istilah Jawa saat ini ibarat “Ngono yo ngono neng ojo ngono” Gitu ya gtu tapi jangan gitu, ini sangat dalam maknanya loh,” tukasnya.
Berikut ini Beberap hasil kajian Pusat Studi Kelirumologi yang disampaikan Jaya Suprana kasus Bunga yang fenomena itu:
+ Aspek Ekonomi : menguntungkan para stakeholder industri papan bunga seperti para petani bunga, perangkai papan bunga, pemilik toko dan pengirim papan bunga.
+ Aspek Politik : demokrasi = kebebasan ungkap rasa .
+ Namun karena demokrasi pula maka kita perlu selalu menyimak pendapat pihak lain. Paling menarik disimak adalah sikap TNI yang secara resmi menolak kiriman papan bunga.
+ Saya pribadi menafsirkan bhw sikap TNI pada hakikatnya mengajak kita untuk senantiasa bersikap OJO DUMEH, ROSO JINIWIT KATUT serta NGONO YO NGONO NING OJO NGONO.
|AME/JKST