Jaya Suprana

MENUJU PERADABAN

OLEH JAYA SUPRANA*)

AKIBAT Basuki Tjahaja Purnama dinyatakan bersalah melakukan penistaan agama maka dijatuhi hukuman 2 tahun kemudian diwajibkan masuk rumah tahanan, maka bangsa, negara dan rakyat Indonesia dihujat sebagai rasis , intoleran, anti pluralis, dikriminatif serta aneka ragam keburukan lain-lainnya.

Termasuk pers asing sibuk memanfaatkan kasus Basuki Tjahaja Purnama sebagai “bad news is good news” demi menghujat bangsa, negara dan rakyat Indonesia dengan selalu tidak lupa sengaja menyebutkan bahwa Basuki Tjahaja Purnama adalah “Christian” dan “Chinese” demi menonjolkan kesan bahwa bangsa Indonesia adalah rasis, intoleran, anti pluralis dan diskriminatif.

Di sisi lain, yang lepas dari sorotan media internasional akibat tergolong “good news”, pada malam hari 12 Mei 2017, seorang remaja warga Indonesia usia 14 tahun penyandang tunanetra merangkap autis bernama Michael Anthony yang kebetulan juga Nasrani dan keturunan Chinese yang di Indonesia kini wajib disebut sebagai Tionghoa, menjunjung tinggi kehormatan bangsa, negara dan rakyat Indonesia dengan mempergelar resital piano tunggal legendaris dan bersejarah di panggung gedung kesenian paling bergengsi di planet bumi masa kini, Sydney Opera House, di Sydney, New South Wales, Australia.

Di panggung Sydney Opera House, dalam resital piano tunggal bertajuk “The Miracle of Sound” , Michael Anthony mempergelar karya-karya George Friederich Haendel, Ludwig van Beethoven, Felix Mendelssohn, Franz Liszt, Claude Debussy, Alberto Ginastera, Jaya Suprana, sedemikian indah sehingga memperoleh sambutan standing ovation  tak kunjung henti dari hadirin yang memadati ruang resital Utzon Room , Sydney Opera House.

Michael Anthony yang Kristen dan keturunan China adalah pianis remaja warga Indonesia kebanggaan Indonesia binaan warga Indonesia bernama Jaya Suprana yang juga kebetulan Nasrani dan keturunan China serta murid Ivana Chandra yang juga kebetulan Nasrani dan keturunan China di bawah naungan Jaya Suprana School of Performing Arts di bawah pimpinan direktur Aylawati Sarwono yang keturunan Chinese dibantu manajer Fitri Syafrida yang umat Islam dan suku Batak, dengan staf terdiri dari berbagai suku yang mayoritas Islam.

Kebetulan pula peristiwa Michael Anthony mempergelar resital piano tunggal legendaris di Sydney Opera House secara khusus diliput oleh jurnalis senior Indonesia, Sonya Hellen Sinombor yang Manado dan Kristen. Mustahil Michael Anthony sebagai warga minoritas berlipat ganda  yaitu Nasrani, keturunan China, merangkap penyandang tunanetra dan autis dapat mengembangkan bakat langka dirinya di bumi Indonesia sedemikian dahsyat sehingga mampu mempergelar resital piano tunggal di Sydney Opera House, apabila bangsa Indonesia rasis, intoleran, anti pluralis, diskriminatif.

Kegemilangan resital piano tunggal “The Miracle of Sound” yang dipergelar di panggung Sydney Opera House oleh Michael Anthony sebagai warga Indonesia umat Christian dan keturunan Chinese merangkap penyandang tunanetra dan autis atas dukungan semangat Bhinneka Tunggal Ika para warga Indonesia dengan anekaragam latar belakang ras, suku dan agama merupakan fakta tak terbantahkan yang lugas, jelas dan tegas membuktikan bahwa bangsa Indonesia bukan rasis, intoleran, anti pluralis, diskriminatif.

Marilah kita semua yang masih cinta Indonesia bersatu padu melawan angkara murka fitnah yang sedang ganas dihunjamkan ke bangsa, negara dan rakyat Indonesia. Sambil gegap gempita bersorak sorai “Jangan Fitnah Bangsaku!”

*)Penulis adalah warga Indonesia pencinta Indonesia    |rm