Oleh NUGROHO PRASETYO

Pusaran ekonomi dunia (economic gravity) tidak lagi bertumpu di benua Amerika atau Eropa, tetapi bergeser ke kawasan Asia, yang ditandai oleh tingginya investasi, konsumsi domestik dan kedigdayaan budaya (Fareed Zakaria, The Post-American World, 2008). Apa yang dapat dimaknai dari fenomena ini ? Dalam perspektif geoekonomi, pergeseran economic gravity itu mempresentasikan munculnya kekuatan ekonomi baru dunia, yaitu negara-negara kawasan Asia.

Dilihat dari besaran ekonomi (economic size) atau GDP negara-negara dunia, fenomena pergeseran kekuatan ekonomi itu dipertegas oleh temuan Bank Dunia yang dirilis The International Comparison Program (ICP) 2014. Dari data itu terlihat dari 12 besar ekonomi dunia, ada 4 negara Asia masuk ranking 10 besar, yaitu : Cina (2), India (3), Jepang (4) dan Indonesia (10). Sedang AS berada di peringkat 1, Jerman (5), Rusia (6), Brazil (7), Prancis (8) dan Inggris (9).

Dengan asumsi, bahwa GDP berbanding lurus dengan besarnya investasi dan konsumsi, pergeseran economic gravity ke Asia mengindikasikan besarnya pasar bagi produk ekspor Indonesia. Dalam konteks ini, pergeseran economic gravity itu seharusnya diiringi pula dengan reposisi arah kebijakan geopolitik kita. Dalam konteks ini, pemerintah c.q. presiden harus benar-benar lihai memanfaatkan geopolitical leverage yang kita punyai. Jika presiden tidak menguasai anatomi pertarungan geopolitik global, kita akan dijadikan bulan-bulanan oleh kekuatan-kekuatan adidaya.

Hari ini, saya belum kehilangan rasa hayat sejarah. Kertanegara mengajari saya bagaimana cara berlaku-sikap sebagai anak kandung Ibu Pertiwi. Kertanegara mengajari saya bagaimana cara melindungi Tanah Air. Menggerendel keamanan nasional Nusantara dengan “Chakravarti Mandala Dwipantara” dan “Ekspedisi Pamalayu” adalah pilihan terbaik untuk menghadapi ancaman OGOS dan OBOR. Pilihan ini harus kita tempuh demi menjaga martabat dan kehormatan kita sebagai bangsa besar pewaris tunggal sejarah besar Atlantis, Sriwijaya, Singosari dan Majapahit. Hanya dengan begitu, kita bisa memastikan Indonesia tidak jatuh ke tangan asing.

Jaya Jaya Wijayanti.