JAYA SUPRANA, TITIK PUSPA dan Tan Joe Hok atau Hendra Kartanegara pebulutangkis Indonesia/ FOTO AENDRA

OLEH JAYA SUPRANA *)

SAYA adalah manusia penuh kekurangan maka senantiasa bahkan niscaya melakukan kekeliruan. Satu di antara sekian banyak kekeliruan yang saya lakukan adalah gemar menghakimi orang lain padahal profesi saya sama sekali bukan hakim. Kerap kali saya bahkan menghakimi orang lain tanpa mengenal orang yang saya hakimi bahkan tanpa tahu duduk permasalahan yang saya hakimi.

Prayakin

Misalnya saya menghakimi Donald Trump sebagai seorang insan brutal padahal saya belum pernah berjumpa dengan presiden Amerika Serikat yang tidak pernah menghina, menghujat, memfitnah atau mencelakakan saya.

Semula saya prayakin Pangeran Charles pasti congkak sampai setelah sempat berbincang sambil makan siang bersama ternyata sang Prince of Wales ini sangat ramah dan rendah hati.

Sama halnya semula saya menghakimi Lech Wallesa sebagai insan kaku yang sulit diajak bicara sampai setelah makan malam bersama di wisma kedutaan Polandia di Jakarta saya tersadar bahwa penerima anugerah Nobel ini luwes dan penuh humor.

Semula saya meyakini Habib Rieziq bengis penuh kekerasan sampai saat saya mewawancara sang Imam Besar FPI yang menegaskan dirinya dan FPI sama sekali tidak membenarkan kekerasan.

Akibat saya anggap sebagai penyebab pelengseran mahaguru saya, Gus Dur, maka saya negatif menghakimi Amien Rais. Setelah Amien Rais dengan penuh ramah tamah memenuhi permintaan saya agar beliau menyanyikan lagu Indonesia Pusaka sebagai bagian dari karya multimedia saya, baru saya sadar bahwa mantan Ketua Muhammadiyah, MPR dan PAN ini memang keras dan teguh dalam berpendapat dan berkeyakinan politis akibat sangat cinta negara, bangsa dan rakyat Indonesia.

Semula saya termakan pemberitaan media massa dan media sosial pro penggusur bahwa rakyat tergusur adalah kaum kriminal perampas tanah negara, pemberontak melawan pemerintah, bahkan PKI sampai setelah berjumpa dan bersahabat dengan para rakyat tergusur di Kampung Pulo, Pasar Ikan, Kalijodo, Bukit Duri terbukalah mata hati saya bahwa para beliau adalah sesama warga Indonesia yang digusur dengan cara yang sempurna dan paripurna melanggar hukum, hak asasi manusia dan Pancasila!

Matius

Sebenarnya dengan menghakimi sesama manusia, saya sebagai umat Kristiani telah melanggar ajaran kasih sayang Yesus Kristus yang tersurat di Matius 7:1 sd 5 sebagai berikut:

“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui. Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Yohannes

Ketika menghakimi sesama manusia, berarti saya juga melanggar wejangan Yesus Kristus yang tersirat di kisah Yohannes 7 : 53–8: 3 sd 11:

“Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”

Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka:

“Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau . Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Penulis adalah pembelajar kasih-sayang