Hendrajit Direktur Eksekutif Global Future Institute/ist
OLEH Hendrajit | Direktur Eksekutif Global Future Institute
Sebenarnya yang menarik dari kekalahan Hendropriyono terhadap Haris Sudarno bukan pada PKPI yang notabene partai gurem itu. Yang menarik adalah manuver para mantan jendral yang dulunya sama sama pro Megawati ketika putri Bung karno ini diusung PDI buat menggusur Suryadi pada tahun 1993.

Waktu itu Hendro Pangdam Jaya. Haris Sudarno Pangdam Brawijaya. Keduanya meskipun resminya merupakan aparat keamanannya pak harto namun secara senyap mendukung penguatan politik Megawati menghadapi pemerintahan Suharto yang kian melemah.

Jadi dalam tiktok pertarungan keduanya di PKPI saya melihat ada sasaran yang mau ditembak. Dalam konteks PKPI sejak didirikan oleh Jenderal Edi Sudrajat, saat ini mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno lah yang merupakan pemain sentral. Bukan Hendropriyono.

Hendro ditarik masuk ke PKPI ketika pak Try selaku Ketua Dewan Pembina menyingkirkan Pak Isran Noor , mantan Bupati Kutai Timur yang terpilih jadi Ketua Umum menggantikan Sutiyoso yang kala itu jadi kepala BIN.

Menyusul terdepaknya pak Isran sebagai Ketua Umum PKPI maka diadakanlah munas partai mengukuhkan ketua umum baru.

Pak Tri dan kawan-kawan nampaknya memang dari awal memplot Hendro jadi Ketum Partai dengan berbagai pertimbangan. Namun entah gimana ceritanya muncul aktor baru pak Haris Sudarno.

Buat saya ini mengherankan. Sebab kalau tujuannya mematahkan ketokohan Hendro, maka sosok Haris Sudarno bukan figur yang kuat dan populer buat mengimbangi Hendro. Meskipun Haris lebih senior dua tahun dibanding Hendro.

Selain itu, kedua jenderal ini tidak pernah terlibat konflik atau perseteruan pribadi. Bahkan keduanya bersatu sebagai perwira TNI yang dekat dengan Benny Moerdani untuk membusukkan Suharto. Dan mendorong Megawati secara bertahap mengambil alih kekuasaan di era pasca Suharto.

Jadi apa permainan yang sesungguhnya sedang berlangsung dengan menggunakan PKPI sebagai ring tinjunya?

Dalam polarisasi di TNI menjelang lengsernya Suharto, Hendro memang ada di pihak Megawati, Haris sudarno sepertj umumnya alumni AMN 1965 juga merapat ke Mega. Apalagi pentolan AMN 1965 Theo Syafei merupakan pendukung solid Mega sejak beliau jadi orang nomor satu di Sekolah Staf Komando Gabungan alias seskogab. Sekarang namanya Sesko TNI.

Yang jadi pertanyaan sekarang. Apakah permainan kecil-kecilan di PKPI ini bertjuan untuk semakin memperkuat kendali kekuasaan Hendro dalam mengatur irama permainan di TNI?

Jika demukian maka sasaran sesungguhnya dari permainan tik-tok Hendro dan Sudarno adalah untuk mematikan inisiatif politik pak Tri di kandangnya sendiri. PKP Indonesia.

Kalau teori saya benar maka harus diakui Hendro masih merupakan pemain politik tentara yang menguasai teknik intelijen tingkat tinggi selain Benny Moerdani. Karenanya tak boleh dipandang enteng.

Maka menyimpulkan kekalahan Hendro berarti pelemahan agenda politik Hendro menurut saya terlalu simpel. Buat tipologi model Hendro daya pengaruh lebih penting daripada sekadar menduduki posisi jabatan. Apalagi cuma sekelas PKPI. |jkst