Foto : ISTIMEWA

JAKARTASATU – Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menyayangkan kejadian yang memakan korban seorang ahli telematika, Hermansyah. Ia juga menyayangkan kejadian yang menimpa penyidik KPK. Ahli telematika tersebut berlumuran darah, naas karena ditikam oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Sedangkan Novel Baswedan disiram air keras telah membuat publik mempertanyakan kinerja aparat hukum karena hingga saat ini pelaku belum juga ditemukan.

Berikut jeritan Fahri Hamzah, diadukan ke Presiden Joko Widodo melalui akun Twitter pribadinya, Minggu (09/07/2017):

“Bapak Presiden, ada yang terluka lagi. Seorang anak muda. Bersekolah tinggi ahli luar biasa. Tubuhnya tersayat. Ia dikenal, karena menggunakan ilmunya untuk meragukan kerja aparat negara.

Sikap kritisnya mengubah pandangan mata. Karena di negeri kita, aparat bekerja sering tanpa hati. Aparat bekerja minta dipuji. Aparat bekerja untuk diri sendiri. Dan aparat penegak hukum bekerja tanpa alat bukti. Dan aparat hukum bekerja bukan mencari kebenaran sejati.

Namanya Hermansyah. Dikeroyok 4-5 orang tak dikenal. Entah karena apa. Tetapi apa salah Herman? Badannya penuh luka.

Bapak presiden, sebelumnya ada banyak yang diserang. Penyidik dan juga polisi. Ada ysng dibunuh dalam tragedi. Bisakah kita menjawab apakah yang terjadi? Sebab satu perkara tak tertangani sama saja dengan restu terulang kembali. Dan terlalu banyak yang tak tertangani.

Keadilan seperti diundurkan. Seperti keadilan diabaikan. Justice delayedJustice denied. Aparat penegak hukum kita menganggap kerja menegakkan hukum seperti kejar tayang kantor berita. Panggung penegakan hukum kita berisi cerita bukan fakta.

Peradilan kita berisi fiksi bukan alat bukti. Bapak Presiden, mengertikan Bapak yang saya katakan? Ini tentang pondasi kesadaran public, Pak. Tentang apa yg membuat kita bertahan. Jika hukum tak lagi dapat diandalkan, dan keadilan seperi menjadi urusan masing-masing maka sebenarnya kita sudah tidak bersama.

Bapak merasa semua bisa dibereskan. Dengan sekali angkat telepon atau memanggil pejabat bersangkutan. Tetapi bagaimana dengan Hermansyah? Bagaimana dengan Novel Baswedan?B agaimana dengan korban yang diabaikan? Pulangkah, Bapak Presiden. Di sini banyak kerjaan. Di sini banyak yang harus dibereskan. Dan hukum adalah bab pendahuluan. Jika Bapak gagal menegakkan hukum, bukan saja tidak ada orang datang berdagang, tapi kita menyiapkan perang. Entah dengan siapa.

Tetapi perang terjadi karena jalan hukum makin tidak terang. Di sepanjang jalan banyak preman. Benahilah hukum ini, wahai Bapak Presiden.” RI/JKST