Jaya Suprana

OLEH: JAYA SUPRANA

HOAX bukan benda baru akibat pada hakikatnya sama saja dengan ‘bohong’. Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak berbohong dalam memaknakan kata bohong sebagai tidak sesuai dengan hal (keadaan dsb) yang sebenarnya atau dusta atau bukan yang sebenarnya alias palsu.

Kodrati
Bohong sudah hadir sejak sejak mahluk hidup mulai berusaha mengingkari atau menyamarkan kenyataan. Secara naluriah, bohong dimanfaatkan margasatwa untuk menyamarkan penampilan mereka yang sebenarnya, demi menyelamatkan diri dari ancaman marabahaya atau demi memangsa mahluk lain. Bunglon memiliki kemampuan menyamarkan warna tubuh dirinya sehingga secara visual sulit terdeteksi di lingkungan berwarna mirip.

Aneka jenis ikan dan hewan laut coelenterata mampu menyamarkan bentuk diri sesuai lingkungan sedemikian rupa sehingga sulit terlihat oleh para calon mangsa mereka. Jenis satwa dasypodidae memiliki kemampuan untuk berbohong dengan pura-pura mati agar tidak digubris oleh hewan lain yang potensial memangsa mereka.
Pada hakikatnya, bohong merupakan salah satu mekanisme naluriah demi ketahanan hidup namun khusus pada jenis mahluk homo sapiens kerap dimanfaatkan untuk tujuan tertentu dalam interaksi sosial.

Legenda
Dalam kisah Ramayana, sosok Kijang Kencana merupakan karya kreatifitas kebohongan Rahwana agar Rama dan Lesmana meninggalkan Sinta sendirian di tengah hutan belantara agar mudah diculik. Bohong paling kejam Rahwana adalah memenggal kepala dua anak kandungnya sendiri demi menyatakannya sebagai kepala Rama dan Lesmana agar Sinta sudi dipersunting Rahwana.

Dalam mitologi rakyat Nusantara, kebohongan kerap digunakan untuk menghindari ancaman malapetaka seperti misalnya Dayang Sumbi membohongi Sangkuriang agar gagal membuat perahu dalam satu malam demi tidak mengawini ibu kandungnya sendiri.

Sebenarnya Yudistira tidak mau berbohong namun ketika perang Bharatayudha sempat dipaksa Kresna untuk berbohong agar pendekar Kurawa, Durna bisa dibinasakan. Durna sendiri terkutuk sebab pernah berbohong terhadap Bambang Ekalaya yang sebenarnya sangat setia kepada Durna yang dianggap sebagai gurunya.

Srikandi dalam versi Mahabharata membohongi isterinya bahwa dirinya sebenarnya perempuan sementara dalam versi Wayang Purwa kerap dibohongi suaminya, Arjuna yang gemar selingkuh.

Sepak-terjang para dewa mitologi Yunani , terutama Zeus, penuh dengan kebohongan terutama pada urusan syahwat.
Kuda Troya gagasan Odysseus merupakan contoh kebohongan militer demi menaklukkan musuh.

Camouflage yang dilakukan para serdadu yang menyamar sebagai pepohonan di rimba Birnam di dalam mahakarya Shakespeare, Macbeth merupakan jurus kebohongan militer yang masih dilakukan di perang gerilya masa kini. Maka Sun Tzu meyakini kreativitas berbohong memang mutlak perlu demi menang perang. Sementara hoax ampuh sebagai senjata pembunuh karakter lawan dalam perang politik.

Kenyataan
Pada kenyataan peradaban masa kini, bohong sedang asyik merajelala di persada Nusantara. Kasus korupsi (yang ketahuan ) niscaya semarak berhias kreativitas bohong mulai dari ingkar kebenaran, pura-pura lupa, pura-pura sakit, barter politik, sampai menyamar agar bisa leluasa ke luar penjara sampai berkeliaran pesiar ke luar negeri. Bohong merajalela di masa kampanye pemilihan umum di mana rakyat habis-habisan dibohongi obralan janji muluk-muluk oleh mereka yang ingin dipilih oleh rakyat agar bisa bertahta di singgasana kekuasaan. Setelah pemilu usai, janji muluk di masa Pemilu terbukti bohong belaka.

Mereka yang sudah terpilih terserang penyakit amnesia alias lupa-daratan sehingga hanya sibuk memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan parpol, golongan dan pribadi diri sendiri akibat pura-pura lupa bahwa di masa Pemilu pernah berjanji kepada rakyat untuk gigih memperjuangkan kepentingan rakyat.[*]

Penulis adalah Pendiri Pusat Studi Kelirumologi

(rm/red)