JAKARTASATU – Kasus beras menjadi ramai diseputaran medsos. Bahkan Kepala Subbidang Data Sosial-Ekonomi pada Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian, Ana Astrid, menegaskan tidak ada kebohongan publik pada kasus penggerebekan gudang beras PT Indo Beras Unggul (IBU) di Bekasi.

Yang dimaksud beras memperoleh subsidi adalah dalam memproduksi beras tersebut, ada subsidi input yaitu subsidi benih Rp 1,3 triliun dan subsidi pupuk Rp 31,2 triliun. Bahkan ditambah lagi ada bantuan sarana dan prasarana bagi petani dari pemerintah yang besarnya triliunan juga.

“Di luar subsidi input, ada juga subsidi beras sejahtera (Rastra) untuk rumah tangga sasaran (pra sejahtera) sekitar Rp 19,8 triliun yang distribusinya satu pintu melalui BULOG, dan tidak diperjual-belikan di pasar,” jelas Ana dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (23/7).

Kita tahu awalnya polisi mengerebeg sebanyak 1.161 ton beras milik PT Indo Beras Unggul (PT IBU) di Kabupaten Bekasi disita Satgas Pangan. Kapolri Jenderal Tito Karnavian langsung menyatakan perusahaan tersebut telah rugikan negara ratusan triliun.

“Ini nggak main-main. merugikan masyarakat dan negara, sampai nilainya ratusan triliun (rupiah),” kata Tito saat penggerebekan, Kamis (20/7/2017) malam.

Sejumlah nitizen mempertanyakan..Wow ratusan triliun ya Kapolri, nilai ini jelas sangat besar. Nah kalau merugikan negara ratusan triliun, kira-kira pendapatan dan keuntungannya PT IBU itu berapa?
Usia perusahaan saja baru 9 tahun, namun sudah merugikan negara (anggaplah 100 trilyun). Berarti +/- 11 trilyun per tahun. Kalau kerugian negara 11 trilyun per tahun, mungkinkah keuntungannya bisa 20 trilyun per tahun.

Lalu bandingkan Keuntungan perusahaan tambang emas di Timika Papua – PT. Freeport, dimana tahun lalu memiliki keuntungan sebesar 44 trilyun.
Masuk akal kah asumsi ini, hanya pabrik beras di Bekasi keuntungannya hampir mencapai 50% nya Freeport dan itupun masih skup merugikan negara 100 T, bagaimana dengan pemberitaan media awal penggrebegkan yang dilansir beberapa media senilai 487 T. Apa mungkin PT IBU di Bekasi melebihi income / pendapatan PT Freeport Indonesia ?

Tentu dahsyat keuntungan Freeport , tersaingi hanya oleh sekelas Pabrik Beras ?

Namun rupanya Mentan membantah terkait nilai kerugian negara pada saat media melansir pemberitaan penggrebegan tersebut. Mentan meralat masalah nilai kerugian terhadap negara tidak seperti pemberitaan awal senilai 487 T. Kerugiannya negara  turun dari ratusan triliun jadi hanya seputar 10 triliunan. “Kasian juga  Menteri pertanian, jadi terpaksa berakrobat menutupi / mengklarifikasi berita terdahulu yang melansir ratusan triliunan rupiah,” ujar netizen dalam celotehannya di medsos menanggapi sikap mentan mengklarifikasi soal beras PT. IBU.

Masalah statemen pejabat Polri di awal pemberitaan, tentu disesalkan sebagian kalangan masyarakat tanpa ada klarifikasi kenapa bisa menyebut ratusan triliun rupiah. Lalu apakah ada yang bisa jelaskan lebih detail dan gamblang ditengah simpang siur pemberitaan kenapa bisa berubah? Hanya bertanya saja .  |RED