JAKARTASATU– Pelaku yang menyiram salah satu penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dilihat oleh salah satu pegiat anti korupsi sebagai pelemahan terhadap lembaga antirasuah tersebut. Dan pelaku berharap hal itu mejangkiti para penyidiknya selain Novel.

Namun dari cerita Dahnil Anzar Simanjuntak yang kabarnya sempat bertemu Novel Baswedan bersama aktivis lainnya, ia menuturkan bahwa pria yang kini berjenggot itu sama sekali tidak gentar menghadapi situasi tersebut. “Upaya ini lalu mengerucut kepada, misal adanya pertarungan yang luar biasa ke penyidik-penyidik KPK yang memiliki komitmen tinggi seperti Novel Baswedan, dan menjadi symbol semangat agar penyidik lain yang kemudian diserang dengan harapan menjadi bentuk terror.

Justru sebaliknya, Novel semakin semangat untuk lakukan jihad berantas korups,” katanya, Rabu (26/07/2017), di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta. Sehingga menurut Dahnil, ancaman itu nampak bukan saja untuk Novel semata, melainkam juga kepada yang lain.

“Jangan kira terkait dengan kasus novel ini, hanya Novel yang diancam dan terancam. Ada penyidik-penyidik yang lain, misalnya penyidik yang menangani data-data diancam terus menerus,” tambahnya jelas.

Atas kondisi tersebut, Dahnil melihat bahwa KPK saat ini nyatanya tidak hanya diserang dari luar saja, melainkan juga dari dalam institusi penegak hukum tersebut. “Sisi lain narasi menyerang KPK bahkan ada narasi menyerang Novel itu dilajukan oleh DPR yang dilakukan melalui Pansus.

Sehingga KPK kini berada pada posisi diserang dari luar dan dari dalam juga diserang. Dan sejak lama kami menyebut itu istilahnya kuda troya,” tutupnya. RI