Maaf vs Sombong

Ahok ketika berpidato soal Almaidah 51, kemudian digugat dan divonis penistaan. Tapi ada satu hal yang sangat disayangkan, yaitu tak ada penyesalan atau pun ungkapan penyesalan yang terucap.

Kini petinggi partai Nasdem juga berpidato menuding sebuah kelompok islam sebagai kelompok ektrimis yang ingin wujudkan negara khilafah dan memfitnah beberapa partai politik (Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN) sebagai pendukung kelompok ektrimis-ektrimis yang juga ingin mewujudkan negara khilafah. Dan dalam pidatonya, Victor juga menghasut rakyat untuk saling bunuh. Tapi sangat disayangkan, tak ada juga rasa penyesalan dan ungkapan penyesalan yang terucap seperti halnya Ahok ketika itu.

“Maaf”, satu kata yang sangat berarti dan kadang dapat menghapus amarah dan juga dapat mendamaikan. Tapi lagi-lagi sangat disayangkan, kata “maaf” kadang tak terucap karena kalah dengan satu kata lainnya, yaitu “sombong”.

Kalahnya kata “maaf” dari kata “sombong” membuat partai Nasdem kerapkali melakukan pembelaan dan pembenaran terhadap pidato Victor Laiskodat. Bahkan hasutan untuk saling bunuh, …. “kita bunuh duluan mereka sebelum kita dibunuh”, dianggap partai Nasdem sebagai ungkapan untuk menjaga NKRI. Ironi!

Semoga dalam menyambut hari kemerdekaan ke-72, yang menunjukan umur negara yang sudah cukup tua, dapat mendewasakan bangsa sehingga kedepannya kata “maaf” tak lagi dikalahkan oleh kata “sombong”.

Dirgahayu Republik Indonesia Ke-72.
Jayalah Indonesia ku.

(Iwan Sumule)