JAKARTASATU– Alangkah herannya jika ada pendukung pemimpin, yang pemimpinnya dikritisi kemudian justru rakyat yang disalahkan. Pendukung seperti ini umumnya tidak mampu berpikir benar, padahal kritisi adalah pembangun untuk bersama untuk negeri.

“Kedunguan akut itu ketiak dikritik dan diberikan masukkan, malah ada yang menjawab, ‘Mas, Anda jadi Presidennya saja’,” tulis Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, di akun Twitter pribadinya, Jum’at (11/08/2017).

Salah satunya Dahnil mencontohkan saat ada yang mengkritisi soal kebijakan ekonomi yang berpotensi lari ke arah politis. Padahal bisa jadi rencana pembangunan tersebut bukan untuk solusi jangka panjang.

“Ekonomi jangka pendek yang berorientasi pada angka ‘politik’ ekonomi makro telah menegasikan pembangunan yang berorientasi pada manusia. Bila watak pembangunan terus mempertahankan paradigm ekonomi jangka pendek, yang berorientasi pada kamuflase angka makro ekonomo, kita tidak akan move on.”

Tidak hanya itu yang nampaknya ia sesali. Termasuk apabila ada yang berbeda tetapi enggan berdialog justru disebut sebagai pelaku intoleran. Ini pun menurutnya bentuk kebodohan.

“Kedunguan akut juga adalah bila percaya dengan orang yang tidak percaya dengan dialog, tapi selalu teriak toleransi. Instrument utama toleransi itu dialog.”

Bagi Dahnil, mereka yang paham dengan Pancasila tidak akan menutup pintu dialog. Dan dialog itu adalah tindakan beradab, baik bagi negeri. RI