JAKARTASATU – Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, MSi, mengingatkan agar para elite bangsa ini tak terlalu banyak bicara Pancasila, tetapi kedaulatan diberikan kepada pihak lain (asing).

Di dampingi 5 pengawalnya yang menggunakan seragam TNI aktif, mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, MSi memberikan kuliah umum dalam simposium nasional kebangsaan yang diadakan oleh Majelis Bangsa Indonesia (MBI) di Kencana Cawang, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (18/8).

Dalam paparannya, Djoko mengatakan, alih-alih kebhinekaan, jangan sampai kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diberikan kepada orang yang ingin memecah belah kesatuan bangsa.

“Jangan banyak bicara Pancasila tetapi kedaulatan di berikan kepada orang lain. Kita harus memperbaiki garis pertahanan, konsepsi bernegara harus dikembalikan,” kata Djoko.

Menurutnya, di era global ini, perang tidak hanya bertempur di medan perang. Tetapi perang konsepsi. Dalam kondisi ketahanan, kata dia, kondisi ketahanan negara Indonesia sudah tertrobos. Secara doktrin militer ketika kondisi sudah seperti itu, maka harus mengumpulkan kekuatan dan memperbaiki batas depan pertahanan tempur.

“Kemerdekaan yang telah dimiliki pertahankan, jangan sekali-kali dilepas dan diserahkan kepada siapapun yang akan menjajah dan menindas Kita. Waspada! Jangan lengah, kalau lengah mengakibatkan kelemahan, kelemahan mengakibatkan kekalahan, dan kekalahan mengakibatkan penderitaan,” tegas mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat tersebut menirukan gaya Jenderal Sudirman.

Artinya, lanjut Djoko, ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamika suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman hambatan serta gangguan.

“Baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung, yang membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mewujudkan tujuan nasionalnya,” terang Pangdivif 2/Kostrad (2001).

Masalah keberagaman, kata Djoko merupakan masalah ketidakadilan yang bahayanya melebihi komunisme. Kesenjangan sosial, ekeploitasi alam secara serakah dan disparitas menyebabkan ketidakadilan.

“Potret situasi kita memang seperti itu, untuk menghadapi itu harus punya pegangan. Kita menanam saja kebaikan, semangat kebaikan itu yang akan menunjukkan kita ke arah yang lebih baik,” pungkasnya. (WartaPilihan)

Begitulah para pemimpin yang lahir dari TNI, mereka lebih mengerti bagaimana menjaga kedaulatan bangsa ini, bukan yang sekedar koar-koar dan jualan “Saya Indonesia, Saya Pancasila”. (lk/piEramC)