Kantor BUMN Jakarta

“Hebat Menteri BUMN Rini Soemarno Merombak Jajaran Komisaris Holding Perkebunan PTPN III”

Apresiasi yang tinggi perlu dilayangkan kepada Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN begitu cepat meninjau kekeliruan yang dilakukan oleh Deputy bidang usaha Agro dan Farmasi BUMN Wahyu Kuncoro yang telah lalai atas kekeliruannya terhadap status rangkap jabatan dari anggota komisaris Holding Perkebunan PTPN yang berpotensi terjadinya konflik kepentingan bagi kinerja holding .

Semoga sikap tegas Rini Soemarno telah memberikan harapan besar dipublik bahwa Holding Perkebunan bisa sehat kembali , tetapi perlu ditindak lanjuti dengan mengevaluasi ulang kompentesi seluruh anggota Direksi mulai dari Holding PTPN III dan anak anak usahanya PTPN I sampai dengan PTPN XIV , agar kinerja seluruh anak perusahaan bisa bangkit kembali meningkat produktifitas tanaman sawit , karet , gula , teh dan kopi dengan proses bisnis yang benar dan transparan , dan mencetak laba bagi perusahaan.

 

Hal ini perlu dilakukan sejalan dengan adanya langkah Dirut Holding Dasuki Amsir diduga tak sehat dengan akan memaksa semua anak anak usaha harus menciptakan laba dengan target tertentu , misalnya PTPN V ditargetkan harus menciptakan laba minimal Rp 200 miliar dengan cara apapun , begitulah informasi yang beredar luas diantara para anggota direksi dari PTPN 1 sd PTPN XIV.

 

Langkah yang akan dilakukan Dirut Holding dan jajarannya itu tentu sangat benar dan perlu didukung dengan catatan melakukan efisien dengan benar dan tepat yang wajar , tetapi anehnya yang dilakukan Dirut Dasuki Amsir ini adalah manajemen jungkir balik proses bisnis didunia perkebunan yang kinerjanya itu bisa dikatakan moncer apabila tiap tanaman itu menghasilkan produksinya dengan maksimal , tentu agar mencapai target itu harus konsisten sejak dihulu dengan melakukan pemeliharaan tanaman dengan benar , pemberian pupuk dengan mengikuti standar baku bagian tanaman yaitu minimal dua kali setahun dan infrastruktur kebun berupa jalan jalan harus baik dan truk sebagai transport TBS buah tandan segar harus dipastikan sejak dipetik dan tiba di PKS ( pabrik kelapa sawit ) harus tepat waktu agar menjaga ALB ( Asam Lemak Bebas ) diangka 2- 3% , agar tingkat restan buah rendah dan rendemen CPO dari PKS menjadi tinggi.

 

Kalau mencetak laba dengan meningkat produksi tanaman itu adalah langkah yang sangat benar , akan tetapi biar kelihatan memperoleh laba dengan memotong beberapa anggaran yang sangat penting dan prinsip itu adalah ala menajemen ” malin kundang alias abu nawas ” , artinya dengan telah mengkhianati RKAP yang telah disetujui Kementerian BUMN dan disahkan oleh RUPS, yaitu tanaman itu bisa ditingkatkan produksinya , tetapi anggarannya sengaja dipotong agar terlihat Direksi sekarang telah berhasil menyehatkan Holding Perkebunan yang sempat mencetak rugi bersih dari laporan keuangannya yang sudah diaudit sekitar Rp 1.387 triliun pada tahun 2016.

Tindakan itu dalam jangka pendek terlihat berhasil dan dipuji sebagai prestasi luar biasa , tetapi jangan lupa ketika dalam jangka 2 dan 3 tahun mendatang ada masalah besar akan terjadi bagi Holding Perkebunan akan turun drastis kemampuan produksi rata rata tanaman disetiap kebun.

Sehingga kalau pola itu tetap akan diterapkan oleh Direksi Holding Perkebunan bisa jadi benar adanya , karena mayoritas dewan direksi di holding perkebunan berlatar belakang bidang keuangan , bukan berlatarkan belakang bidang tanaman sebagaimana mestinya , karena orang keuangan akan berorentasi semata laba saja dan tidak melihat gimana budaya tanaman dapat dioptimalkan agar mencetak laba besar bagi perusahaan , karena saya mempunyai data yang akurat bahwa kehilangan potensi perusahaan meraih pendapatan tambahan dari semua jenis tanaman pada tahun 2016 ( Potensial loss from prduction ) dibandingkan tingkat produksi rata tahun 2015 adalah sekitar Rp 6 triliun.

 

Medan 18 Oktober 2017

 

???????
CERI – Yusri Usman