Fahri Hamzah/ist

JAKARTASATU– Wakil Ketua DPR RI sekaligus politisi Partai Keadillan Sejahtera mengomentari Perppu Ormas yang berubah menjadi UU bahwa khotbah anti PERPPU Ormas seharusnya sama dengan sikap anti UU KPK. Kalau gagal membaca relasinya maka ada kegagalan nalar.

Kata Fahri, otak-otak otoriter gentayangan di seputar kekuasaan. Gagal mengelola kebhinekaan malah minta hak yang mematikan. “Ini adalah kegagalan mengelola konsekwensi demokrasi kita. Indonesia kembali ke titik mundur. Demokrasi sebagai jalan bising mulai memecah kuping tipis. Penguasa gagal mengelola kompleksitas.

Telah pulih kuasa monster yang melebihi taring kuasa Orde Baru. Perppu Ormas ini akan terus makan korban. Waspadalah!” kritiknya, melalui akun media sosial, Twitter pribadi miliknya, Selasa (24/10/2017). Di balik kampanyenya yang makin kencang sebagai pembela Pancasila mereka pula yang menolak Hari Kesaktian Pancasila.

“Maka dengan mudah juga apabila kelompok ‘Aku Pancasila’ yang tidak punya akar akan memberangus loyalis Pancasila berabad-abad. Interpretasi sekarang telah dipersilahkan untuk dimonopoli. Siapa paling Pancasila dan siapa paling konstitusional tergantung penguasa.”

Menurutnya bisa saja tiba-tiba selembar surat datang ke kantor anda dan dengan tuduhan “anda tidak setia pada Pancasila”, anda dibubarkan. Padahal ada MKRI untuk menguji konstitusionalitas maka Perppu Ormas ini menerobos tunjuk hidung “saudara tidak konstitusional!”

“Ini soal tirani itikad baik, seolah pilot negara ini selalu amanah untuk menggunakan palu godam Perpu yang sudah menjadi UU ini. Prof Yusril mengingatkan kita soal UU Subversif di Masa Bung Karno yang justru dipakai memberangus ajaran beliau setelahnya.

Rasanya, Alam pikiran Perppu Ormas ini sebetulnya tidak cocok dengan merek presiden Jokowi. Atau saya yang salah? Pak Jokowi hadir melawan pak Prabowo yang dicitrakan militeristik dan otoriter. Lah kok malah terbalik?”

Ternyata tirani itu ada pada pikiran yang tak sanggup mencerna makna hakiki dari kebebasan. “Dan saya muak melihat cara orang membela Pancasila dengan nalar datar dan dangkal. Membuat Pancasila berlumur kedunguan.

Padahal Pancasila adalah inovasi pendiri bangsa yang tinggi. Saripati yang mengagumkan dan kombinasi yang indah.” Seperti saya cemas dengan pembelaan orang-orang jahil kepada agama, seperti itulah saya mencemaskan pembela gadungan pada Pancasila.

Murung kembali Pancasila kita, Negara kembali mencoba memonopoli kebenaran atasnya. Sembari memberangus versi lain.Sebentar lagi, penataran akan dimulai. Tafsir tunggal akan menjadi proyek nasional. Apa salah kita sehingga ini berulang? Saya menikmati pidato Bung Karno semasa persiapan kemerdekaan sampai Pancasila masuk naskah pembukaan UUD1945.”

Suatu perdebatan bermutu tentang pencarian dan menyerap saripati alam pikiran dan budaya serta tata nilainya yg anggun. Dan bagi yang menikmatinya takkan mungkin terbersit pikiran kejam untuk menindas atas nama Pancasila.

Mereka yang ingin menyelamatkan Pancasila dan UUD 1945 dengan melansir pasal-pasal represif adalah perusak yang sebenarnya. Karena Pancasila tidak perlu takut ditandingi oleh pikiran-pikiran amatir yang lahir dari debat kusir. Takkan terjamah.

“Kita hanya memerlukan kepercayaan diri yang tinggi. Dan kebanggaan dengan warisan pikiran dan budaya yang juga tinggi. Pancasila akan menjadi ideologi dan falsafah baru di tengah kekosongan narasi di dunia kita hari ini. Percayalah!

Tapi itu hanya bisa kita selenggarakan dengan percaya diri. Bukan dengan rasa takut akan trauma dan hantu buatan. Perppu Ormas sudah menjadi UU Ormas maka waspadalah dan mari mengambil pelajaran. Saya percaya kita akan melaluinya dengan baik. Tuhan akan menolong bangsa kita. Dan rakyat Indonesia.” RI