Bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
– Aristoteles
Jika wujud diatas dikaitkan dengan politik panas di Pilkada Jawa Barat (Jabar) sangatlah relevan. Kenapa? Panas suhu politik Jabar mengandung kemungkinan itu. Ada seni ada ilmu meraih kekuasaan. Soal kontitusional dan non kontitusional itu juga yang terjadi. Namun dalam tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan betapa drama panjang pilkada Jabar ini memang belum usai. Akan panas sampai Hari H yaitu 27 Juni 2018.
Panasnya pilihan adalah pemicu dari kondisi yang ada. Misalnya kasus Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi (Demul) paling punya mimpi maju di Pilgub 2018, ternyata lepas dari partainya karena DPP Golkar tidak merekomendasikan dirinya. Golkar secara terang-terangan dengan alasan survei tinggi bahwa Walikota Bandung Ridwan Kamil (RK) yang diusung untuk ke Gedung Sate. Hmmm
Buntut ini secara mengejutkan akhirnya blak-blakan Demul soal proses pengusungannya sebagai cagub yang akan bertarung di Pilgub Jawa Barat 2018 adalah adanya pemintaan mahar Rp10 miliar agar rekomendasi pengusungan dirinya dari DPP Partai Golkar segera keluar. Demul menyampaikan ini dihadapan ratusan kader Golkar se-Jawa Barat di Kantor DPD Partai Golkar Jawa Barat, Kota Bandung beberapa waktu lalu setelah tahu dirinya tidka dapat surat sakti Golkar Pusat.
Nama Demul sudah moncer di Jabar. Namun sejak peristiwa rekomendasi tidak jatuh ke dia rupanya Demul dan tim mulai gelisah. Maklum Demul sudah sejak 2015 itu gencar keliling Jabar. Lewat Budaya, aktivitas sosial dan lain telah dilalukannya. Bahkan muncul di sejumlah tv dalam kajian-kajian islam. Festival budaya di Cikelet Garut, Tasik dan sejumlah tempat lainnya di Jabar selatan maupun di pantura.
Demul kerap juga mengundang sejumlah semiman budayawan ke markasnya di Purwakarta, diskusi dialog bahkan baca puisi, dan seorang penyair jika baca puisi disana dapat honor fantastis dalam sejarah. Demul sebenarnya sudah mengakar rumput baik budaya dan sosial, namun entah kenapa Golkar jatuh cinta ke Walikota yang suka akan pencitraan lebih di dunia medsos.
Munculnya kata mahar bahwa Demul diminta adalah pengakuan Demul sendiri dimana Dedi ditelefon oleh seorang tokoh yang mengaku dekat dengan petinggi DPP Partai Golkar. Meski tidak menyebut identitasnya, ia hanya menyebut tokoh itu berasal dari Bogor. Yang bersangkutan meminta mahar dengan nominal cukup besar. Demul menegaskan soal permintaan mahar benar, dengan menyatakan bahwa yang meminta mahar bukan pengurus DPP. “Jadi ada orang, itu bukan pengurus DPP ya, salah seorang tokoh lah yang memiliki kedekatan (dengan petinggi DPP Partai Golkar), kata Demul di Jakarta.
Menurutnya, bisa jadi permintaan tersebut adalah langkah personal sang peminta mahar. Bagi Demul seolah sudah diberi warning alias peringatan jika tidak mau memenuhi mahar tersebut. Dan benar “Ketika saya tidak bisa memenuhinya, dia mengatakan rekomendasinya (pengusungan sebagai cagub) tidak akan keluar. Itu aja,” jelasnya. Dedi sendiri bergeming soal permintaan itu. Ia menolak memberikan mahar sesuai permintaan karena tidak setuju dengan politik transaksional.
Langkah Demul sangat terpuji bahwa dia anti politik transaksional, sehingga ia pun masih tetap berjuang dan berharap maju terus di Pilgub Jabar 2018. Demul memang punya semangat tinggi.
POLITIK Jabar Membara
Ketua DPD Partai PDIP Jabar Tubagus Hasanuddin menghormati keputusan Partai Golkar yang menambatkan pilihannya kepada Ridwan Kamil, sebagai bakal calon Gubernur Jabar. Sebelumnya Golkar lewat koalisi Pancasila menyatakan komitmen bersama PDIP untuk menatap Pilgub Jabar 2018. Bisa jadi Demul paham pandangan Aristotles bahwa politik Demul adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Semoga.
Ada yang mengejutkan bagi saya bahwa jika benar kejadiannya adalah sejarah dalam politik Indonesia datang dari Jabar. Jabar adalah peta politik yang kuat. Dan pernyataan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) TB Hasannudin bahwa ada kans atau peluluang PDIP bisa koalisai dengan Partai Keadailan Sejahtera (PKS) ini respon menarik.
Saat menghadiri Puncak Peringatan Pemuda Pancasila di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Sabtu (28/10). PDIP awalnya ingin koalisi dengan Golkar awalnya, ternyata Golkar-nya ke Ridwan Kamil, ya sudah. Ya menghormati. Tapi untuk Pilgub itukan. Kalau di kabupaten/kota kita tetap jalan, jelasnya.
PDIP bukan berarti menutup untuk melakukan koalisi dengan partai lainnya. Sebut saja Demokrat, PKS dan Gerindra adalah partai yang selama ini cukup baik melakukan komunikasi.
“Ya mungkin saja (koalisi dengan PKS, Gerindra, dan Demokrat). Sebelum janur kuning melengkung. Bebas berkoalisi dengan siapa saja,” kata Hasan.
Puti Soekarno Siap Maju di Pilgub Jabar 2018
Hasto juga menyebut nama-nama yang diusulkan itu antara lain Puti Guntur Soekarno, Tubagus Hasanuddin, mantan Kapolda Jabar, Irjen Pol. Anton Charliyan dan Sekda Provinsi Jabar, Iwa Kartiwa. Ya kita tahu PDIP memang selalu diujung nanti akan ada namanya yang muncul, bahkan mengejutkan.
Kita tenggok apa kabar RK sang Walikota Bandung? RK itu kini sudah tenang dengan Golkar, dan lebih awal dengan Nasdem, PPP dan PKB adalah yang baru-baru ini siap mendukung RK. RK rupanya sudah tertutup pintunya dari Demokrat. Namun kita bahas dulu RK sebelum bahas Demokrat kemana arah di Pilgub Jabar 2018.
Soal RK Sekjen PPP Arsul Sani mengungkapkan usulan Ridwan Kamil dipasangkan dengan Bupati Tasikmalaya UU Ruzhanul Ulum telah dikomunikasikan dengan PKB dan NAsDem. Wow nama UU muncul juga sama RK. UU kita tahu ada fenomena dan ambisi orangnya, Kisahnya adalah 15 menit setelah dilantik di Gedung Sate oleh Ahmad Heryawan Bupati terpilih Uu Ruzhanul Ulum langsung mendeklarasikan diri maju ke Pilgub Jabar 2018. Seusai bersalaman, Uu bergegas ke depan gerbang Gedung Sate, Bandung, tempat pendukungnya berkumpul sejak pagi.
Uu yang merupakan politisi PPP itu mengklaim banyak dorongan dan dukungan dari masyarakat Jabar kepada dirinya untuk maju dalam Pilkada Jabar. Sebagai kader partai, ia pun harus siap ditempatkan di mana pun. Dan inilah buktinya jika benar nanti ya terpaksa UU harus wakil atau bahkan tidak sama sekali, tergantung legowonya RK mau tidak sama UU berpasangan.
Meikarta yang ijinnya belum ada itu memang di tentang Demiz bahkan Gubernur yang saat ini Aher nyaris tak terdengar suaranya atas Meikarta. Lalu apakah mereka tahu juga sudah dapat pajak iklan ke pemda yang mana Billboard dan balon-balon jika ditayangkan harus ada pajak reklame (Perda No 25 Tahun 2011 tentang pajak reklame). Paradoks memang belum berijin boleh promosi dan ada pajak yang kutil dan masuk ke as Pemda tentunya. SIlakan saja renungkan. Jenderal Naga Bonar memang akan berhadapan dengan Jenderal Sunda Agum Gumelar dan Jenderal Ginajar Kartasasmita jika urusan Meikarta, sanggupkah dua komisaris yang ada di Meikarta itu dihadapi Jenderal Naga Bonar.
Kembali ke pilhub 2018, Demiz punya peluang? Jawabnya punya banyak. Selain saat ini Demiz sudah dipgang Gerindra baru-baru ini Partai Amanat Nasional (PAN) siap dukung Demiz.
PAN Akhirnya dukung Deddy Mizwar
PAN mengumumkan dukungannya terhadap Deddy Mizwar untuk menjadi calon Gubernur Jawa Barat 2018. Dukungan ini merupakan pencerahan dari kegaduhan-kegaduhan yang terjadi beberapa beberapa bulan terakhir, kata Demiz.
PAN menjadi ice breaking setelah kegaduhan dan kebekuan setelah dua bulan terakhir ini dan ini harus diapresiasi proses politik dalam pemilihan Gubernur tersebut akan terus terjadi sampai para partai politik menemukan pasangan yang ideal untuk diusung. Lalu siapa yang akan dukung Demiz lainnya. Info dari lingkaran dalam saya semalam mendapat info valid bahwa Partai Demokrat akan mengorbankan agar Dede Yusuf tidak maju dan PD akan mendukung Demiz. “Ini sudah dekat dan arahnya di Jabar ke Demiz,”ujar sumber saya di lingkaran Cikeas. Masih kata sumber tadi bahwa dulu RK diminta tapi tak luwes, akhirnya lobbying RK sudah kandas. PD arahnya ke Demiz. Tunggu saja, ujar sumber itu yakin.
Nah, Demiz nampaknya berbunga-bunga mungkin jika baca info ini, namun semoga saja seperti kata Aristoles bahwa Bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama menajdi bagian dari dinamika politik di Jabar ini.
Akhirnya saya punya kesimpulan bahwa kelak di 27 Juni 2018 yang bertarung dalam Pilgub Jabar dipastikan ada tiga pasangan yaitu Demiz, RK dan Demul, soal wakilnya mungkin siapa yang akan muncul, tergantung sikon para partai, yang jelas ajakan saya bahwa semoga pemilih Jabar lebih cerdas memilih, karena bisa saja suka partainya tak suka orangnya, suka orangnya tapi tak suka partainya. Mari ajak pemilih cerdas bukan mencari-carisme kejelekan lawan politik dalam pilkada Jabar yang beradab. Tabik !!
Aendra Medita, Analis dari Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI)